MerahPutih.com - Penyanyi campursari almarhum Didi Kempot, telah mewarnai industri musik tanah air lewar karya-karyanya yang gemilang. Karakter musik serta penampilannya yang penuh kesederhanaan itu membuat Didi Kempot banyak digandrungi oleh semua kalangan.
Pengamat Seni Budaya, Wicaksono Adi menilai musisi yang dijuluki The Godfather of Broken Heart ini sebagai antitesa dari K-Pop, musik impor dari Korea yang mewabah di dalam negeri.
Baca Juga:
"Didi Kempot ini memang antitesa dari K-Pop, ia (Didi Kempot) tampil apa adanya, sederhana, tidak sombong, dan itu membuat distingsi yang signifikan dengan icon K-Pop," kata Wicaksono dalam diskusi daring bertajuk "Didi Kempot dan Kita", ujar dia Sabtu (9/5).
Wicaksono mengatakan dahulu orang yang menggemari musik dangdut hingga campursari disebut tidak trendy. Namun berbeda setelah pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 31 Desember 1966 ini muncul dengan karya-karyanya yang melankolia.

"Nah, maka orang yang memilih (ngefans) Didi Kempot menjadi ekslusif, menjadi keren. Karena selain terkesan mewakili diri saya (bagi para fansnya) juga ada sesuatu yang unik disitu," ujarnya.
Menurut Wicaksono, alasan lain yang membuat Didi Kempot masih tetap eksis dan digandrungi oleh millenial di era digital seperti sekarang ini, tidak terlepas dari konsistensi pelantun Stasiun Balapan itu dalam berkarya.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Kirim Karangan Bunga ke Rumah Pribadi Didi Kempot di Solo
Konsistensi Didi Kempot dalam bermusik tercermin dari sekitar 800 lagu yang telah diciptakannya. Selain itu, karya-karya Didi Kempot yang bertema melankolia cenderung mudah dicerna dan dinikmati.
"Kekuatan pada Didi Kempot adalah memiliki kesederhanaan. Cara menyampaikan tema melankoli dengan budaya popular yang mudah diterima dengan ringan, bisa dinikmati, tetapi juga tidak ekstrem; tidak ada kritik, tidak ada kemarahan, tidak ada beban-beban ideologis dan misi-misi dibaliknya," tutup dia. (Pon)