Dianggap Simbol Thogut, Wiranto Diserang Teroris Terlatih
MerahPutih.com - Serangan terorisme yang dilakukan 10 hari jelang pelantikan Presiden dan Wapres Jokowi-Ma'ruf Amin tersebut membuktikan sel dan jaringan teroris masih ada.
Pakar Intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai, serangan terhadap Menkopolhukam Wiranto bukanlah serangan karena faktor personal. Melainkan terhadap simbol negara. Stanislaus menilai, Wiranto dianggap simbol yang harus diperangi bagi pengikut Jamaah Ansharut Daulah.
Baca Juga
"Ini kan JAD musuhnya thogut yang wajib diperangi seperti polisi dan pemerintah. Biasanya mereka nyerang polisi. Kebetulan ada target dan momentum pak Wiranto. Bukan target wiranto secara personal," kata Stanislaus kepada Merahputih.com di Jakarta, Jumat (11/10).
Stanislaus melanjutkan, pelaku Syahril Alamsyah alias Abu Rara sudah mempersiapkan aksinya.
"Kelompok JAD Bekasi ini lernah latihan bela diri dan pelatihan di Gunung Salak Bogor. Mereka melakukan amaliyah di tempatnya masing - masing pasca ISIS di Suriah makin terdesak," terang Stanislaus.
Selain itu, cara penyerangan yang dilakukan Abu Rara dianggap Stanislaus juga sangat terencana. Dari cara memegang senjata saat dihujamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.
Baca Juga
Wiranto Ditusuk Simpatisan ISIS, Agum Gumelar 'Sentil' Kerja Intelijen
Pelaku memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa.
"Tusukannya profesional. Itu daya tusuknya daya lebihnya lebih besar. Intinya dia menghancurkak musuh. Semakin besar orang yang dihancurkan maka dampak semakin besar," terang peserta program Doktoral Kajian Intelijen UI ini.
Selain itu, Abu Rara juga sudah mempelajari kedatangan Wiranto. "Kalau ada kabar kedatangan Menkopolhukam udah nyebar kemana mana. Bahkan ada anak kecil di sana. Ini jelas direncanakan. Dia menyiapkan pisau yang memang disiapkan untuk membunuh," ungkap Stanislaus.
Mereka juga berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran. Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan.
Stanislaus tak setuju kalau aparat kecelongan dalam peristiwa ini. "Tugas BIN kan memantau dan tak punya kewenangan menangkap pelaku. Nah, sekarang masalahnya sejauh mana distribusi informasi intelijen ke aparat keamanan," imbuh dia.
Baca Juga
Perintah Jokowi untuk Kapolri Setelah Peristiwa Penusukan Wiranto
Sementara, terkait dengan faktor keamanan terhadap pejabat, Stanislaus beranggapan hal ini sangat dilematis.
"Pengamanan ketat masyarakat akan komplain dan ada jarak. Kalau terlalu longgar bisa terjadin ancaman. Harusnya sistem pengamanan melekat pejabat negara harus disesuaikan dengan situasi yang ada," tutup Stanislaus. (Knu)