Di Belakang Layar Film Dokumenter Eksperimental Kantata Takwa

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 04 November 2021
Di Belakang Layar Film Dokumenter Eksperimental Kantata Takwa
Adegan Iwan Fals dicabut giginya agar tak lagi bisa bernyanyi. (Foto: Wikipedia)

SETIAWAN Djody, di tengah kesibukan mempersiapkan konser akbar Kantata Takwa tahun 1990, menyempatkan diri menemui Erros Djarot, sutradara film Tjoet Nja Dhien. Gitaris Kantata Takwa sekaligus pengusaha ternama tanah air tersebut meminta Erros mendokumentasikan konser Kantata di Gelora Bung Karno.

"Mending TVRI saja. Tapi, kalau menyelami jiwa dan kegilaan-kegilaan karya Kantata, saya mau," kata Erros menawarkan ide lain kepada Djody dikutip Majalah Tempo, 3 Agustus 2015. Djody mengangguk setuju, lantas kembali sibuk bersama rekan sejawat di Kantata Takwa, antara lain Iwan Fals, Sawung Jabo, Jockie Soerjoprajogo, dan WS Rendra.

Baca juga:

Legenda Hantu Indonesia Muncul di Film Horor Negeri Aing

Erros lantas menyelami lagu-lagu Kantata, terutama lirik kebanyakan gubahan WS Rendra. Lagu Kesaksian, seturut Tempo, mengilhami Erros memunculkan sosok perempuan berkerudung nan selalu hadir di semua adegan penting tanpa sepatah dialog tersampaikan.

"Ungkapan lewat simbol perempuan berhijab dalam Kantata juga milik dekade 1990-an," tulis Eric Sasono pada Kantata Takwa, Ketika Iwan Falsa Masih Mirip Che Guevara dalam Tilas Kritik, Kumpulan Tulisan Rumah Film 2007-2021.

kantata takwa
Poster film Kantata Takwa. (Foto: Wikipedia)

Dalam konreks awal 1990-an, lanjut Eric, perempuan berhijab merupakan bentuk perlawanan kaum perempuan muslim paling jelas terhadap otoritas negara, karena terjadi pengusiran pelajar berhijab di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi hingga akhir dekade 1980-an.

Di dalam lagu Kesaksian, Rendra menggambarkan tentang tentang kesewenang-wenangan terjadi di antero negeri. "Banyak orang, dirampas haknya, aku bernyanyi, menjadi saksi". Maka, lewat film mencampur dokumenter dan fiksi tersebut, sosok berhijab menjadi saksi atas banyak peristiwa penting di dalamnya.

Baca juga:

Aghniny Haque, Taekwondoin Negeri Aing Eksis Main Film Indonesia

Selain sosok berhijab, ada pula pasukan penembak berjubah hitam membawa senapan laras panjang menggunakan masker gas memburu tokoh-tokoh utama di dalam film. "Mereka anti terhadap udara luar. Karena itu, begitu maskernya dibuka, dia mati. Itu sebenarnya berbicara tentang Orde Baru," kata Erros.

Erros dibantu sutradara film eksperimental kenamaan Gotot Prakosa. Di dalam prosesnya, banyak terlibat aktor-aktor penting selain personel Kantata, dan direkam di banyak tempat dengan latar tempat hutan hingga pantai.

kantata takwa
Halam muka album Kantata Takwa. (Foto: Wikipedia)

Meski begitu, film tersebut batal tayang di akhir 1990-an lantaran isinya membuat gerah penguasa saat itu. "Aparat minta banyak adegan dipotong. Saya tidak mau, kata Erros. Meski Djody ikut membujuk, Erros pantang mundur. "saya bilang, sudah nanti-nanti saja dirilisnya".

Erros lupa selama bertahun-tahun, hingga akhirnya, menurut Tempo, Gotot mengingatkan agar kembali dilanjutkan. Setelah menahun ditinggalkan, ternyata sebagian hasil rekaman sudah tak bisa dipakai karena pita termakan usia. Setelah dipilah dan diedit, film Kantata akhirnya tayang perdana di Festival Film Singapura, April 2008, atau 15 tahun kemudian sejak kali perdana syuting.

"Asumsi digunakan sebagai landasan untuk membangun tema Kantata adalah model perlawan terhadap kekuasaan Orde Baru dekade 1990-an," tulis Eric. Pada dekade tersebut, lanjutnya, kekuasaan negara dioperasikan hingga ke tempat musykil, seperti mimpi, sehingga di dalam film Iwan Falsa bermimpi giginya dicabuti tentara agar tak bisa lagi bernyanyi.

"Maka mencatat mimpi pun menjadi sangat penting demi melawan kekuasaan semengerikan itu,". (*)

Baca juga:

'Siti', Film Feminisme Negeri Aing

#November Jagoan Film Negeri Aing
Bagikan
Bagikan