Kesehatan

Deteksi Dini dan Penanganan Tepat Diabetes

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 20 Agustus 2021
Deteksi Dini dan Penanganan Tepat Diabetes
Deteksi dini dan penganan tepat pada diabetes amat penting.(foto:pexels-nataliya-vaitkevich)

DIABETES merupakan penyakit yang perlu pengelolaan tepat untuk mengurangi risiko komplikasi penyakit kardiovaskular. Berdasar estimasi WHO pada 2016, diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan 6% dari seluruh total kematian. Tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan, dampak dari diabetes juga memengaruhi lini ekonomi. Diperkirakan, diabetes akan menyebabkan hilangnya luaran ekonomi Indonesia sebesar 0,2 triliun dolar dari tahun 2012 hingga 2030.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 8,5 persen pada 2018. Angka itu menunjukkan baru sekitar 25 persen penderita diabetes yang mengetahui bahwa ia menderita diabetes. Prevalensi diabetes melitus (DM) pada penduduk berusia ≥15 tahun mencapai 10,9 persen. Angka tersebut hampir meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.

BACA JUGA:

Program Khusus Jaga Penderita Diabetes di Masa Pandemi

"Secara sederhana, diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang memengaruhi bagaimana tubuh menggunakan gula darah atau glukosa," ujar Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021. Dr dr Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEMD. Penyebab yang mendasari diabetes bervariasi menurut jenisnya. Namun, apa pun jenis diabetes, yang terjadi ialah kelebihan gula dalam darah akan memunculkan masalah kesehatan yang lebih serius.

diabetes
Diabetes menyebabkan kerugian ekonomi. (foto: pexels-pavel-danilyuk)



Diabetes dibagi menjadi dua, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel penghasil insulin. Sementara iitu, pada DM tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara normal dan pada akhirnya pankreas akan mengalami kegagalan dalam menghasilkan insulin.

“DM tipe 2 sering kali tidak bergejala hingga menimbulkan komplikasi. Namun demikian, terdapat gejala klasih DM tipe 2 yakni sering haus (poliuria), sering pipis dan banyak pipis (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Gejala lain dapat berupa badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada laki-laki serta gatal-gatal di kemaluan perempuan," urai dokter Wismandari lebih lanjut.

BACA JUGA:

Pentingnya Pencegahan dan Deteksi Dini Diabetes

Penting untuk segera memeriksaan diri ke dokter jika merasakan gejala-gejala tersebut karena diabetes bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. Peningkatan kadar gula darah merupakan salah satu komponen sindroma metabolik yang menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada penderita diabetes. "Seorang penderita diabetes dua kali lebih mungkin menderita penyakit jantung atau stroke daripada seseorang yang tidak menderita diabetes," jelasnya.

Penyakit kardiovaskular yang sering terjadi sebagai komplikasi pada diabetes ialah penyakit jantung koroner (PJK), stroke dan penyakit arteri perifer (PAP). “Ketiga penyakit tersebut terjadi jika ada sumbatan plak aterosklerosis di pembuluh darah, yang kemudian menyebabkan aliran ke jaringan terganggu dan kemudian menyebabkan kerusakan hingga kematian jaringan," urainya.

Organ yang terserang pada PJK, yakni pembuluh darah jantung. Pada stroke, yang terserang ialah pembuluh darah di otak, dan pada PAP pembuluh darah yang terkena terutama di tungkai.

diabetes
Diperlukan cek gula darah secara berkala. (foto: pexels-photomix-company)

“Salah satu terapi utamanya ialah Insulin. Tahun 2021 merupakan tahun yang bertepatan dengan 100 tahun ditemukannya insulin. Penggunaan insulin pada pasien dengan diabetes memiliki peran yang sangat penting, khususnya ketika penggunaan obat-obatan tidak lagi memberikan respons yang adekuat untuk mengontrol gula darah atau kondisi khusus pada penyakit akut, tindakan pembedahan, atau kehamilan,” papar Wismandari.

Berdasarkan durasi kerja insulin, insulin terbagi menjadi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi, saat ini dimungkinkan adanya kombinasi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek dalam 1 buah sediaan. Hal tersebut memungkinkan pasien dengan DM untuk melakukan penyuntikan insulin dengan lebih jarang dengan kondisi gula darah yang lebih stabil tanpa disertai adanya kondisi hipoglikemia.(Avia)

BACA JUGA:

Ide Sarapan Sehat dan Mudah untuk Penderita Diabetes

#Kesehatan #Penyakit Diabetes
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan