Dear Tomorrow, Buku Inspirasi dari Maudy Ayunda untuk Generasi Millenial

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 03 Mei 2018
Dear Tomorrow, Buku Inspirasi dari Maudy Ayunda untuk Generasi Millenial

Maudy Ayunda terbitkan buku perdananya, Dear Tomorrow. (foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

IMAJIKAN aktris cantik Maudy Ayunda menemani kamu melalui masa remaja, membantumu menentukan jalanmu untuk hari esok. Pastilah amat menyenangkan bisa berbagi pengalaman, bahkan becermin dari perjalanan seorang perempuan muda dan cerdas seperti Maudy. Itulah yang coba dilakukan aktris dan juga penyanyi berusia 23 tahun tersebut. Lewat buku perdananya, Dear Tomorrow, Maudy ingin menginspirasi anak muda di generasinya.

Dara kelahiran 19 Desember 1994 ini memang tak hanya piawai dalam berakting. Setelah memulai debutnya lewat film Untuk Rena bersama Surya Saputra, Maudy juga meniti karier di bidang musik. Album perdananya, Panggil Aku, dirilis pada 2011. Tak berhenti di sana, Maudy yang mengenyam pendidikan di Universitas Oxford Inggris tersebut kemudian mewujudkan kebisaannya dalam dunia tulis-menulis. Buku ini ditujukan para generasi Millenial yang tengah dilanda kebingungan dalam memilih tujuan hidup.

“Buku ini menunjukkan siapa diri saya, cocok untuk anak muda yang masih banyak kebingungan dalam mencari jati diri,” ucap Maudy Ayunda saat ditemui Merahputih.com di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (30/4).

Maudy ingin menginspirasi kaum muda. (foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

Itulah alasan di balik judul Dear Tomorrow. Bagi Maudy, tajuk buku itu seperti layaknya pengingat tentang dirinya sendiri. Sebagai penegas, ia menambahkan frasa 'notes to my future self' di bawah judul Dear Tomorrow.

Penulisan buku itu bermula dari keinginan Maudy untuk menginspirasi anak muda di generasinya. Namun, ia merasa belum cukup pengalaman untuk membuat tulisan yang 'mengarahkan'. Oleh karena itulah, Maudy yang menulis buku ini sejak 2017 memulainya dengan proses draft awal selama beberapa hari. Selanjutnya , bintang Perahu Kertas ini meminta editornya, Baiq Nadia, untuk mendampingi secara langsung agar bisa berdiskusi dengan lebih intens.

maudy ayunda
Dear Tomorrow juga jadi pengingat untuk Maudy. (foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

Meskipun demikian, Maudy masih menghadapi kendala lain saat konsep buku telah terbentuk. Permasalahannya ialah mencari cara penyampaian yang mudah dipahami pembaca. Ia menyebut hal itu amat penting mengingat ia ingin menuliskan sesuatu yang simpel tapi cukup mengena.

Setelah berjuangan keras memutar otak dengan ide-ide briliannya, Maudy akhirnya memilih menuliskan buku Dear Tomorrow dalam bahasa Inggris. Bukan karena ingin terlihat keren, melainkan baginya bahasa Inggris merupakan bahasa yang universal. Terlebih, ia juga berharap para penggemarnya di negara lain yang tidak menguasai bahasa Indonesia dapat dengan mudah memahami buku ini.

Pilihan menuliskan Dear Tomorrow dalam bahasa Inggris juga terkait dengan sentuhan personal yang ingin ia berikan. Maudy merasa lebih nyaman menuangkan pengalamannya lewat untaian kata-kata bahasa Inggris. Bahkan, menurut penyanyi 23 tahun ini, menuliskan bukunya dalam bahasa membuatnya jadi lebih luwes dan jujur dalam menuangkan perasaan.

Buku perdana itu berisikan esai tentang pemikiran Maudy. (foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

Dear Tommorow berisikan sekumpulan esai pendek tentang pemikiran Maudy soal hidup, cita-cita, cinta, dengan diselingi beberapa puisi, kutipan pendek, dan foto-foto eksklusif dirinya. Dalam buku setebal 192 halaman tersebut, Maudy memaparkan bagaimana ia memaknai hidup, cinta, dan berjuang meraih mimpi. Gagasan-gagasan tersebut ia dipaparkan secara ringan dan mudah dimengerti. Namun, di balik paparan ringan itu, terkandung makna yang begitu dalam. Selain itu, buku ini berisikan hal-hal yang Maudy pelajari dan ingin untuk diingat di masa depan.

Selain ditulis dalam bahasa Inggris, buku yang diterbitkan Bentang Pustaka ini juga disampaikan dengan gaya anak muda, kaum millenial. Mengingat attention span anak muda yang pendek, buku menarik ini disusun dengan cara unik sehingga bisa dibaca mulai dari bagian mana saja. Pembaca bisa memulai dari awal, tengah, bahkan dari bagian akhir buku.(Ryn)

Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan