Kisah Inspiratif

Dari Inggris, 2 Gadis Cilik WNI Ciptakan Novel Kemanusiaan Hari Aksara UNESCO

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Rabu, 09 September 2020
Dari Inggris, 2 Gadis Cilik WNI Ciptakan Novel Kemanusiaan Hari Aksara UNESCO
Hanarumai yang akrab disapa Hana merupakan putri pasangan Lury Sofyan dan Elly sedangkan Nadhifa, putri pasangan Syahrizal dan Ricke. Dua gadis cilik yang hidup bersama ayahbunda dan saling bertetangg

PANDEMI COVID-19 yang melanda Inggris membuat dua gadis cilik Hanarumai (12) dan Nadhifa (11) menjadi kreatif dan berhasil menerbitkan kisah fiksi berbahasa Inggris yang berjudul Vanilla Velvet. Meski baru berusia belasan, keduanya mampu mengharumkan nama Indonesia di perantauan.

Vanilla Velvet hadir untuk menyambut Hari Aksara Internasional 2020, 8 September yang ditetapkan UNESCO, ketika dunia sedang berperang melawan penyakit Covid-19. Pada tahun ini UNESCO mengangkat tema “Literacy Teaching and Learning in the Covid-19 Crisis and Beyond”.

Baca Juga:

Cerita Dua Peneliti Indonesia di Inggris Ikut Kembangkan Vaksin COVID-19

Dilansir dari UNESCO, Rabu (9/9), tema ini diangkat karena COVID-19 berdampak pada berbagai sektor salah satunya sektor pendidikan. Pada Hari Aksara Internasional 2020, UNESCO menyoroti perubahan sistem pendidikan dalam masa pandemi. Hal ini berdampak positif bagi kedua gadis cilik yang hidup bertetangga.

UNESCO
UNESCO. (ANTARA FOTO/REUTERS/Philippe Wojazer)

Hanarumai yang akrab disapa Hana merupakan putri pasangan Lury Sofyan dan Elly sedangkan Nadhifa, putri pasangan Syahrizal dan Ricke. Dua gadis cilik yang hidup bersama ayah bunda dan saling bertetangga. Mereka sekarang sama-sama sekolah secondary di sebuah public school di Nottingham kelas tujuh setingkat SMP di Indonesia.

Berbagi untuk Sesama

Pandemi menimbulkan ide bagi kedua gadis bertetangga untuk membuat buku karena sehari-hari banyak membaca buku. Ide berasal dari buku yang sehari-hari mereka baca. “Sepertinya motivasi banyak berasal dari buku-buku yang sehari-hari sering mereka baca,” ujar ayah Hana, Lury Sofyan, mengenai keinginan kedua gadis cilik membuat karya fiksi, dikutip Antara.

Hana sendiri sangat kagum dengan penulis buku Harry Potters. Gadis yang baru merayakan ulang tahun ke-12 itu dan Nadhifa memang senang membaca dan sebelumnya mereka berdua memenangkan kompetisi menulis Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) se-United Kingdom di Ramadan lalu.

Baca Juga:

Kisah Inspiratif, Si Ganteng Anak Dewi Yull Penyandang Disabilitas

Dari situ lah mereka termotivasi untuk mengisi waktu luang di masa karantina (lockdown), saat semua warga di UK harus tinggal di rumah (stay at home). Untuk menjaga protokol kesehatan, mereka berdua berinteraksi via skype dan tidak bertemu fisik selama proses pembuatan buku kurang lebih dua bulan.

Vanilla Velvet menjadi buku pertama mereka dan hasil penjualannya nanti akan disumbangkan untuk membantu anak-anak membutuhkan di Indonesia. Kedua gadis cilik itu pun berencana membuat kampanye sahabat HaNadhifa untuk sarana menyalurkan uang dari penjualan untuk dana kemanusiaan.

Kisah persahabatan

budaya literasi
Ilustrasi budaya literasi. (NET/IST)


Novel Vanilla Velvet bercerita tentang gadis beranjak remaja yang mempunyai hobi dan bakat di bidang musik. Velvet bercita-cita menjadi guru musik yang terkenal. Salah satu peluang yang ia dapatkan untuk meraih mimpinya adalah dengan berusaha mendapatkan kursi di sekolah musik ternama melalui audisi yang ketat.

Dalam perjalanan meraih mimpinya banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi terutama untuk mengalahkan ketidakpercayaan diri dan retaknya persahabatan. Cerita dunia anak gadis remaja ini yang coba HaNadhifa tuliskan dengan bahasa yang ringan dan seru untuk dinikmati anak-anak.

Buku novel Vanilla Velvet yang ditulis dalam Bahasa Inggris karena mereka berdua ingin mengaplikasikan bahasa Inggris native yang mereka pelajari dari sekolah dan juga menjadi bahasa untuk komunikasi sehari-hari di Inggris, selain itu juga untuk menambah bacaan bahasa Inggris untuk anak Indonesia. Apalagi bahan bacaan bahasa Inggris yang dikarang anak Indonesia masih jarang atau mungkin belum ada. (*)

Baca Juga:

Kisah Inspiratif, Gadis Berkaki Satu Mampu Jadi Atlet Lompat Jauh

#Kisah Inspiratif #Diaspora
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Bagikan