MARI lakukan hitung-hitungan sederhana. Hitung ada berapa mantan pacarmu? Kemudian, hitung kembali berapa yang menjadi musuh dan berapa yang bisa menjadi teman seperti sedia kala? Pasti lebih banyak yang menjadi musuh, bukan?
Sebagian besar orang memang memilih untuk tidak lagi berkomunikasi sambil saling menggosipkan satu sama lain. Hubungan asmara memang bisa awet lama dan jika beruntung bisa sampai mengarungi bahtera rumah tangga yang indah hingga maut memisahkan.
Asmara juga bisa berlangsung secepat kilatan petir: dari kenal, dekat, pacaran, lalu seketika putus, dan menjadi musuh.
Menurut Mindworthyinfo, sebenarnya fase dari pacaran, kemudian putus, lalu menjadi mantan yang benar-benar asing atau yang biasa dijuluki sebagai 'musuh', merupakan fenomena yang realistis. Dari sepasang kekasih yang saling mencintai, kemudian di tengah jalan memiliki visi dan misi yang berbeda.
Setelah cekcok selama beberapa waktu, akhirnya keputusan akhir adalah berpisah. Lalu, kenapa bisa jadi musuhan?
Baca juga:
Selandia Baru Anggarkan Rp 60 Miliar untuk Remaja Putus Cinta

1. Putus Cinta Ciptakan Perasaan Brutal
Kata kebanyakan orang, putus cinta rasanya seperti seluruh dunia runtuh. Tidak ada keinginan untuk keluar rumah untuk sekadar hangout bersama teman, deh, pokoknya.
Semua makanan akan terasa hambar selama beberapa waktu. Secara psikologis putus cinta adalah perasaan yang sangat brutal.
Tak ada satu orang pun yang benar-benar siap untuk berpisah dari orang terkasih meskipun hubungan tersebut sangat buruk bagi keduanya.
Menghabiskan waktu selama beberapa waktu bersama pacar sudah pasti ada momen manis yang bisa menjadi core memory tersendiri meski hanya satu atau dua kenangan. Namun karena hubungan terlanjur rusak, kamu dan pasangan saling menyalahkan satu sama lain dalam diam yang akhirnya perlahan menjadi buah dendam.
2. Menolak Kenyataan
Ada satu fase yang harus dilalui oleh seseorang yang baru saja putus cinta, yaitu menolak kenyataan. Karena sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama doi, rasanya bayang-bayangnya masih melekat jelas di beberapa sudut kafe yang biasanya menjadi tempat kencan.
Rasa menyesal sangat kuat dirasakan oleh masing-masing pihak ketika sudah putus. Menyesal karena mungkin sebenarnya hubungan tersebut masih bisa diperbaiki, tapi gengsi yang ada begitu kuat.
Menyesal karena mungkin sebenarnya setiap masalah yang terjadi merupakan masalah sepele yang tak perlu diperbesar. Bisa juga menyesal karena sempat menjalin cinta dengan sosok yang salah sehingga rasanya sudah membuang banyak waktu.
Ketiga contoh tadi dapat memicu keinginan untuk bermusuhan dan menjadi sosok yang sangat asing bagi satu sama lain. Menolak kenyataan juga bisa menghasilkan pertanyaan seperti apakah si mantan masih memikirkan kita?
Namun kemudian khayalan tersebut tersapu oleh kenyataan bahwa hubungan ini begitu menyakitkan sehingga akhirnya timbul rasa benci yang begitu kuat.
Baca juga:

3. Kehilangan Rasa Percaya Diri
Setelah terlalu lama menggantungkan kebahagiaan kepada pasangan, kamu berisiko kehilangan rasa percaya diri ketika hubungan tersebut akhirnya kandas dan kamu tak lagi memiliki pundak tempat untuk bercerita.
Selama ini pasanganmu menjadi kekuatan dalam dirimu sehingga ketika kamu kehilangan dirinya, kamu juga kehilangan sebagian dari dirimu.
4. Tidak Berani Keluar dari Zona Lama
Tak semua orang bisa dengan cepat move on dan mencari pasangan baru. Itulah alasan kenapa putus cinta berpotensi mengubah relasi menjadi bermusuhan dengan mantan.
Kamu merasa tak terima karena si doi sudah dengan percaya diri menggandeng pasangan baru, sedangkan kamu melangkah dari zona lama saja rasanya kaki gemetar setengah mati. Dunia rasanya tak adil ketika kebahagiaan yang dulu ada di antara kalian menjadi milik kekasihnya yang baru. (Mar)
Baca juga: