AIR bening terlihat serupa dari pandangan mata. Namun, bila diselisik melalui alat bantu, air bening memiliki kadar bakteri berbeda satu dengan lainnya.
Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kementerian Kesehatan tahun 2020 menyebutkan ada sekitar 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air minum dari sumber yang terkontaminasi oleh bakteri E.coli.
Hanya sekitar 11,9 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap air yang aman dikonsumsi. Fakta itu terungkap dalam talkshow Tidak Semua Air Sama, di Jakarta, Selasa (26/9).
Acara yang diselenggarakan Danone Indonesia (Aqua) ini bertujuan menyebarluaskan informasi sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konsumsi air minum yang berkualitas.
Kualitas air minum berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan. Air yang memiliki kandungan cemaran berbagai bakteri berpotensi memicu dampak buruk bagi kesehatan seperti diare. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian balita di Indonesia.
Baca juga:
Rangkul Masyarakat Lewat Ekonomi Sirkular, Danone-AQUA Coba Atasi Isu Sampah Plastik

“Sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare dan parahnya dapat menyebabkan stunting. Komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum,” ujar Diana Sunardi, dokter Spesialis Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Pemerintah Indonesia juga sempat memberikan contoh air minum yang memenuhi syarat. Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum harus memenuhi syarat tidak berbau, tidak berasa (tawar), tidak berwarna (bersih dan jernih), serta aman dari kontaminasi.
Mungkin kamu juga beranggapan bahwa merebus air untuk dikonsumsi aman untuk kesehatan. Namun, merebus air juga tak serta merta menghilangkan bakteri.
“Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan tidak higienis maka kontaminasi bakteri akan tetap terjadi” ujarnya.
Prof. Dr. rer.nat. Ir. Heru Hendrayanan, guru besar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada, yang turut menjadi narasumber dalam acara ini, menjelaskan bahwa air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sebenarnya sangat bergantung dari sumbernya.
Baca juga:

Air yang diambil dari tanah dangkal berpotensi besar tercemar aktivitas manusia. Sementara air yang berasal dari akuifer sifatnya murni, tentunya memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi.
“Pada dasarnya, air itu H2O, tetapi setiap air itu tidak sama. Karena semua tergantung dari sumber pengambilannya. Jika sumber air tanah tersebut bagus, memiliki bebatuan yang mengandung mineral dan jauh dari cemaran, maka air yang dihasilkan tentunya memiliki kandungan mineral yang tinggi dan baik untuk kesehatan,” ujar Heru.
Informasi tentang kualitas air sangatlah penting bagi penting bagi kesehatan masyarakat. Air yang kamu konsumsi hari ini akan berdampak jangka pendek atau jangka panjang pada kesehatanmu.
Najwa Shihab, jurnalis sekaligus figur publik, menyebutkan bahwa setiap orang wajib kritis dan mencari tahu tentang kualitas air yang dikonsumsi.
"Perhatikan dari mana air tersebut bersumber dan perhatikan faktor keberlanjutan yang erat kaitannya dengan menjaga kualitas dan kuantitas air,” kata Najwa. (zvw)
Baca juga:
Solar Panel Jadi Solusi Pengurangan Emisi Karbon dalam Produksi Air Minum