CTEPA Indonesia-Turki Bermakna Strategis dan Punya Dampak Luas

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Minggu, 09 Juli 2017
CTEPA Indonesia-Turki Bermakna Strategis dan Punya Dampak Luas
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)

Kunjungan Presiden Jokowi ke Turki pekan ini membuahkan hasil konkret berupa ditandatanganinya kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif atau Indonesia-Turkey Comprehensive Trade and Economic Partnership (IT-CETPA).

Salah satu poin penting dalam kerja sama ekonomi tersebut adalah penghilangan bea masuk untuk ekspor dan impor beberapa komoditas dari kedua negara.

"Perdagangan kita dengan Turki pada 2016 mencapai 1,3 miliar dolar AS dan kita surplus sekitar 700 jutaan tapi turun sekitar 14 persen. Di sisi lain, Malaysia meningkat 49,11 persen. Salah satu penyebab menurunnya ekspor ke Turki adalah tarif bea masuk yang diterapkan," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melalui pernyataan tertulis yang diterima wartawan di Jakarta, Minggu (9/7).

Ia yakin, jika penghilangan tarif dilakukan volume perdagangan kedua negara akan bisa meningkat tahun depan.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih, menyambut positif kebijakan bebas bea masuk ini.

Menurut Lana, Indonesia perlu melakukan pengembangan dan ekspansi pasar. Selain itu, Indonesia harus bisa memperbanyak eskpor barang jadi, ketimbang barang mentah.

“Indonesia perlu mengembangkan dan mencari pasar baru. Turki sama-sama negara dengan mayoritas muslim sehingga komoditas seperti baju muslim dari Indonesia bisa diekspor ke sana. Sementara selama ini banyak impor permadani dari Turki ke sini,” kata Lana kepada wartawan.

Lana mengharapkan penghilangan tarif dilakukan semaksimal mungkin, kalau bisa hingga 0 persen.

Namun, ia mengingatkan bahwa komoditas yang diperdagangkan harus sama strategisnya.

“Kita harus lihat, apa kepentingan Turki di Indonesia. Pada komoditas apa pengilangan bea masuk diterapkan. Jangan sampai kita 0 persen, Turki 0 persen, tapi barang-barangnya tidak strategis sehingga perjanjian ini tidak bermakna strategis untuk kita,” kata Lana.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani yang turut serta ke Turki dalam kunjungan tersebut juga menyambut baik negosiasi CTEPA yang dianggapnya sangat produktif dan menjadi terobosan berarti bagi dunia usaha. Selama ini, ia mengatakan, dunia usaha Indonesia terkendala tarif perdagangan yang membuat semakin tidak kompetitif.

"Tarif ini membuat kita tidak kompetitif, kalau ini bisa dihapuskan akan sangat membantu kami. Kita juga bisa meningkatkan volume perdagangan kemudian dunia usaha makin berkembang sehingga penyerapan tenaga kerja makin tumbuh. Ini dampaknya akan sangat luas," katanya.

Melihat posisi geografisnya yang strategis, Indonesia dapat menjadikan Turki sebagai pintu masuk ke pasar Eropa dengan memanfaatkan status Turki sebagai anggota European Customs Union.

Sumber: ANTARA

#Menteri Perdagangan #Enggartiasto Lukita
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan