Credit Union Menggerakkan Roda Ekonomi Suku Dayak

Luhung SaptoLuhung Sapto - Sabtu, 07 November 2015
Credit Union Menggerakkan Roda Ekonomi Suku Dayak
ilustrasi (Foto Antara/Sigid Kurniawan)

MerahPutih Keuangan - Nun jauh di pedalaman Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), masyarakat Dayak mengenal gerakan keuangan nonbank. Adalah Credit Union Gemalaq Kemisiq, yang berdiri sejak 1999. Sejak pertama kali didirikan lembaga keuangan nonbank ini memiliki total aset mencapai Rp8 triliun dan anggotanya tembus satu juta orang, atau seperlima dari penduduk Kalbar. Credit Union Gemalaq Kemisiq memiliki sembilan cabang (Tempat Pelayanan) dan 50 orang aktivis.

"Staf kami bukan pekerja sektor keuangan. Mereka adalah aktivis gerakan sosial," kata John Bamba, tokoh yang menginisiasi Credit Union (CU) ini dengan filosofi kebutuhan dan siklus hidup petani, di Ketapang, Kalbar, Sabtu (7/11).

Ada tiga alasan mengapa Credit Union Gemalaq Kemisiq berkembang lebih pesat dibandingkan lembaga keuangan bank konvensional. 

Pertama, untuk menjadi anggota atau penabung, Anda tidak perlu memiliki uang tunai dahulu. Masyarakat bisa meminjam uang di CU dan lalu memasukkannya sebagai tabungan. Bunga pinjamannya lebih kecil dari bunga tabungan.

"Orang miskin kalau diajak menabung tunai, mana pernah bisa," ujar Muliadi Bidau, yang sudah 16 tahun menjadi aktivis CU.

Jadi dengan sadar, CU ini memilih "negative spread" di saat prinsip bisnis bank justru mengambil untung dari selisih bunga pinjaman dan bunga tabungan.

Kedua, tidak semua pinjaman dimintakan jaminan atau kolateral. Bila rekam jejak Anda sebagai anggota cukup baik, dan jumlah pinjaman tidak terlalu jauh selisihnya dengan tabungan, Anda bisa meminjam tanpa menjaminkan aset.

"Ada anggota yang karena pinjamannya besar (Rp 200 juta), terpaksa kami minta jaminan (rumah) untuk melindungi tabungan anggota yang lain. Lalu kreditnya macet karena usahanya menurun. Padahal selama ini ia dikenal bereputasi baik. Lalu terpaksa kami sita, tapi karena harga pasar rumahnya lebih tinggi dari pinjaman, kami kembalikan sisanya (Rp60 juta). Dengan itu, dia bisa membuka usaha baru, dan sekarang sudah meminjam lagi, dan kami beri," jelas Muliadi.

Bagi CU, menyita aset tanpa memberi kesempatan kedua, justru membunuh ekonomi anggota. Dan ini bertentangan dengan filosofi dan semangat CU. "Bukankah kita hadir untuk menolong? Kalau kita sita rumah atau lahannya, lalu bagaimana mereka bangkit?" kata putra asli Suku Dayak ini. 

Ketiga, meski butuh perputaran aset kredit, CU ini membuat daftar usaha yang tak layak dibantu (negative list), dan itu tertulis dalam AD/ART Credit Union Gemalaq Kemisiq. Adapun jenis-jenis usaha yang masuk "negative list" adalah pertambangan, kelapa sawit, tempat hiburan, dan usaha-usaha lain yang melanggar hak asasi manusia.

"Usaha yang kita bantu adalah usaha yang mendukung pelestarian alam misalnya karet sementara sawit tidak. Sebab, tanaman karet bisa tumpang sari (tanaman lain bisa ikut tumbuh) sedangkan sawit cenderung merusak. Begitupula dengan tempat hiburan malam, karena dari sini lah, lewat minuman keras, masyarakat biasanya berubah gaya hidupnya, dan untuk mengongkosi itu, mereka sering melepas tanah ke perusahaan. Dan ini pemiskinan," kata Muliadi menegaskan.  

BACA JUGA:

  1. Jika Dipaksakan Gabung TPP, Jokowi Bikin BUMN Bangkrut
  2. Cadangan Devisa Akhir Oktober 2015 Sebesar US$100,7 Miliar
  3. BKPM Kawal Proses Investasi Industri Padat Karya
  4. Pemerintah Siapkan Strategi Front Loading untuk Proyek 2016
  5. Antam Dinilai Tak Pantas Beli Saham Freeport

 

  

#Pemberdayaan Masyarakat #Suku Dayak #Lembaga Keuangan Nonbank
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan