Musik

Cokelat Tetap Rilis Album dengan Rasa Kekinian

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 20 Oktober 2018
Cokelat Tetap Rilis Album dengan Rasa Kekinian
Cokelat tetap mempertahankan rilis album. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

DULU, kita tak sabar menantikan musisi favorit kita merilis album terbaru. Kita akan segera pergi ke toko kaset untuk membeli album musisi idaman ketika mereka menginformasikan perilisan album. Setibanya di rumah kita akan mulai memutar kaset sembari membuka liriknya. Namun kini masa-masa itu telah sirna.

Kita tak perlu lagi pergi ke toko kaset jika musisi favorit kita mengeluarkan lagu terbaru. Cukup dengan menggunakan music streaming kita bisa menikmati lagu-lagu dari musisi favorit. Musik digital seorang memberi kemudahan bagi para penikmat musik di tanah air.

Di sisi lain, musik digital berdampak pada produktivitas dari musisi-musisi di Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui, akhir-akhir ini para musisi lebih senang menelurkan single dibanding merilis album utuh. Alasannya, era musik digital lebih cepat menerima single dibandingkan album.

cokelat
Lagu-lagu Cokelat tetap dekat dengan penggemarnya. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

Hal tersebut disayangkan oleh salah satu band legendaris Indonesia, Cokelat. “Banyak musisi memilih untuk merilis single karena secara perhitungan ekonomi lebih efisien dan ekonomis single dibandingkan album,” ujar bassis Cokelat, Ronny Febry Nugroho saat media visit merahputih.com, Jumat (19/10). Pendengar hanya mendengar single per single dari musisi. Akhirnya musisi hanya dikenal dari singlenya saja tanpa merilis album.

”Sebagai seniman, musisi mengeluarkan bentuk pengalaman, perasaan dan lain sebagainya melalui lagu-lagu yang dibuat dan album menjadi bukti rangkaian pemikiran dari musisi. Kalau itu tak diwujudkan dalam album ada yang kurang,” urai Ronny.

Sebagai musisi senior yang telah melanglangbuana sejak awal 2000an hingga saat ini, Cokelat secara konsisten memproduksi sebuah album. Saat ini Cokelat digawangi oleh Edwin Marshal Sjarif (gitar), Ronny Febry Nugroho (bass), Jackline Rossy (vokal) dan Axel (drum).

cokelat
Cokelat menyesuaikan tren yang ada. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

Supaya lebih dinamis dan menyesuaikan tren yang sedang berlaku saat ini, Cokelat merilis album dengan kemasan kekinian yakni lewat media digital. “Kalau kita merilis album secara fisik, medianya sangat sedikit misalnya gerai restoran,” tutur gitaris Cokelat, Edwin Marshal Syarif.

Perilisan album secara digital tak langsung menyelesaikan semua tantangan yang ada di industri musik. Masih ada tantangan lain yang mungkin saja mereka hadapi. Sejumlah musik aggregator tak selamanya sukses.

Mereka bahkan bisa merugi karena pendapatan mereka tak sebanding dengan pengeluaran mereka untuk membayar royalti artis.

Cokelat telah memiliki siasat khusus untuk menghadapi hal tersebut. “Kami berkolaborasi dengan tim Cokelat seperti pihak management, pemasaran dan bagian publikasi. Dengan tim yang solid, kami yakin bisa menghadapi segala tantangan di industri musik,” jelas Edwin.

cokelat
Cokelat menggarap musik dengan sentuhan industri musik. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

Selain dari media yang digunakan, cita rasa kekinian yang disuguhkan oleh Cokelat untuk para penikmat musik tanah air dapat dilihat kala peluncuran single pertama mereka dalam album ke-9, Peralihan Hati. Mereka menggunakan konsep Ngopi Bareng Cokelat dimana ngopi merupakan gaya hidup anak masa kini.

"Tren yang sedang berkembang saat ini, kalau mau ajak teman lama ketemuan dan ngobrol secara intim dengan mengajak mereka ngopi. Untuk ketemuan dengan penggemar kami poop mengajak mereka ngopi bareng," beber Ronny. (avia)

#Cokelat
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan