MerahPutih Bisnis - Berbekal semangat, Yasa Paramita Singgih mulai mengasah bakat bisnisnya. Tahun 2011, menginjak usia 16 tahun, ketika masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, Yasa mulai masuk ke dunia bisnis. Bermodal nekat ia memberanikan diri untuk meminjam produk kaos dari Tanah Abang, ia mulai menjualnya secara online.
"Saat itu, saya tidak punya relasi sama sekali dengan para penjahit dan pedagang disana. Hanya, modal kepercayaan saja saya dapat meyakinkan mereka. Kemudian kaos tersebut dijual melalui online via Blackberry Messenger,” kenangnya.
Selain itu keuntungan yang diperoleh dari penjualannya kemudian terus diputar kembali dengan dibelikan produk yang sama. "Hasil keuntungan penjualan terus saya putar, saya belikan lagi produk-produk kaos yang sama," cerita Yasa.
Setahun kemudian, Yasa kemudian memberanikan diri untuk membuka cafe kecil yang diberi nama Teh Kopi di bilanggan Kebun Jeruk. Berkat kerja kerasnya, ia mampu membuka cabang di kawasan di Mal Ambassador, Jakarta Selatan.
"Saya sempat buka cafe dan punya dua cabang di Kebun Jeruk dan Ambasador," tuturnya.
Minimnya pengalaman bisnis, dan tidak dibarengi dengan perhitungan bisnis yang matang. Yasa terus mengalami kerugian, setiap keuntungan yang diperoleh terpaksa harus menutupi biaya kerugian.
Akhirnya, Pada awal 2013, Yasa memilih untuk menutup kedua cafenya tersebut. Ia mengalami kerugian yang cukup besar yakni Rp100 juta dan tidak punya uang sama sekali.
Yasa menjelaskan di waktu yang sama saat bisnisnya mengalami kerugian, ia juga harus menghadapi ujian nasional akhirnya memutuskan untuk fokus di UN.
“Karena tak punya modal lagi untuk beli barang dan ada UN, jadi saya fokus untuk urusan sekolah saja. Usaha baju saya hentikan sementara,” ujar mahasiswa Jurusan Markeing Communication, Bina Nusantara University.(abi)
BACA JUGA: