PERUBAHAN perilaku masyarakat akibat pandemi memunculkan berbagai inspirasi bagi para kreator. Gaya hidup bersih, sehat, serta peduli lingkungan menjadi tema di sejumlah karya, termasuk dalam dunia fesyen. Tampilan yang lebih simple, tapi tetap aktif mengilhami Denny Wirawan untuk mengkreasikan koleksi terbarunya, Niti Senja.
Di bawah lini Denny Wirawan Indonesia untuk ready to wear deluxe dan BaliJava miliknya, Denny konsisten mengangkat kain tradisi Indonesia, seperti tenun, songket, dan batik. Di tengah pandemi, desainer yang memulai debut di 1993 ini tetap berkreasi demi keberlangsungan hidup bersama para pelaku usaha kreatif lainnya, seperti perajin batik di Jawa Tengah, khususnya Kota Kudus.
BACA JUGA:
Terinspirasi dari Karantina, Laila Azra Hadirkan Koleksi Fesyen 'QQ Tales'
Koleksi Niti Senja yang baru ia luncurkan merupakan perpaduan berbagai usul rancangan yang diterjemahkan dalam warna, bentuk, desain, detail, dan patternization untuk kaum urban yang aktif dan menginginkan tampilan yang sederhana dan elegan dan tetap dalam nuansa city look yang essentiality, exploitation, dan exploration (beyond nature).
Konsep essentiality ditampilkan pada fungsi dan konsep lokal batik, khususnya batik Kudus. Denny menggunakan batik dengan teknik cap yang menjelma menjadi busana yang edgy dan enerjik. Selain itu, koleksi Niti Senja memperlihatkan exploitation atau mendobrak kebiasaan dengan berani tampil beda dalam mengemas dan menampilkan wastra lokal sehingga menjadi gaya yang lebih kasual kekinian dan wearable.
Dengan melakukan exploration beyond nature untuk koleksi ini, Denny membebaskan imajinasinya. Desainer yang pernah bekerja untuk Prajudi Admodirdjo ini mengeksplorasi berbagai wastra nasional, mengolah, serta memadupadankan dengan material lain. Hasilnya, karya baru yang berbeda.
“Niti Senja adalah cerminan citra perempuan Indonesia yang tangguh, bersahaja, mandiri, dan hidup beragam aktivitas serbacepat dan dinamis. Namun, mereka tak pernah meninggalkan akar budaya sendiri meskipun menghadapi tantangan yang tak mudah di masa sulit seperti ini,” jelas Denny, Kamis (2/12).
Sebanyak 44 tampilan mengusung tema mix & match, back to work, dan freedom disuguhkan. Kesemuanya sangat cocok untuk pencinta fesyen yang aktif berkarya dengan semangat baru di era pandemi ini. Dengan memanfaatkan bahan modern cotton, silk, dan linen dalam palet warna hitam, putih, beige, cokelat, dan hijau lumut, koleksi ini tidak meninggalkan sentuhan kearifan lokal dengan menggunakan batik cap Kudus. Itu bahkan menjadi benang merah dari koleksi ini.
Batik Kudus yang merupakan warisan budaya dari pesisir Jawa Tengah yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan kerajaan di Jawa itu dipilih sebagai bentuk upaya Denny dan Bakti Budaya Djarum Foundation untuk membina dan membangkitkan geliat batik Kudus, yang merupakan cikal bakal batik pesisiran.
Sebelumnya, Denny telah banyak menampilkan batik Kudus dalam berbagai pagelaran busana, baik nasional maupun internasional.Ia pernah menampilkan batik Kudus di ajang Pasar Malam, Jakarta (2015), New York Fashion Week (2016), Wedari, Jakarta (2017), Batik For The World, UNESCO, Paris (2018), dan Thai Silk Fashion Week, Bangkok, Thailand (2019).
“Niti Senja ini tampil sebagai sebuah pagelaran busana yang penuh harmoni dengan memadukan batik Kudus dan tangan andal Denny Wirawan serta tata panggung yang dibuat dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat," kata Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian. Ia mengatakan ini menjadi pendorong bagi para desainer dan pelaku ekonomi kreatif untuk selalu kreatif dalam berinovasi meski di masa pandemi. Industri ekonomi kreatif, menurutnya, banyak terempas. Meski demikian, ia berharap semuanya tetap bertahan dan terus berjuang bersama-sama melalui badai pandemi ini.(dwi)