PAGI menjadi saat paling sibuk. Sebelum pandemi, jalanan macet bahkan sampai jalan lingkungan. Stasiun kereta senantiasa dipenuhi orang dengan setelan pakain rapi.
Berdasarkan data dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada 2019, setiap harinya KRL memiliki penumpang sebanyak 336,3 juta per harinya. Kepadatan terjadi lebih sering di kala berangkat dan pulang kerja.
Baca juga:
Kisah Anak Tangguh Kenobi Haidar Akmal, Dalang Cilik Wayang Potehi Penyintas ADHD
Pekerja berdesakan tiap akan berangkat saat penampilan masih kece dan ketika pulang kerja dengan sisa tenaga. Meski berat, kehidupan harus terus melaju. Begitu pula saat pandemi memaksa kebanyakan pekerja beradaptasi saat harus kerja dari rumah, atau kerja di luar rumah dengan menerapkan segenap protokol kesehatan secara ketat.
Terdapat beberapa ciri khas penanda pekerja urban. Penampilan, kebiasaan, bahkan polah mereka sangat khas. Berikut ciri khas para pekerja urban;
1. Bawa bekal makanan dan minimum dari rumah

Tak harus selalu enak, terpenting dapat membuat perut tenang hingga jam pulang kantor tiba. Tak jarang bekal dengan menu sama tiap hari juga terlihat menghiasi tempat makan beberapa karyawan setiap harinya.
Rasa bosan tak perlu ditanyakan lagi. Namun setidaknya hal ini dapat mengurangi pengeluaran, walaupun sedikit.
Tak jarang, bekal dipersiapkan sengaja dibuat dalam porsi lebih besar, atau dipisah dalam dua tempat makan berbeda, agar kenyang dan menekan keinginan jajan diluar.
Hal ini tentunya tidak hanya dilakukan satu atau dua orang saja. Terbukti di Indonesia sendiri terdapat Hari Bawa Bekal Nasional diperingati setiap 12 April. Dengan membawa bekal, selain lebih hemat juga lebih higienis dan aman.
2. Kumpul dengan teman jadi hal langka

Selain waktu bekerja tidak memungkinkan, alasan hemat juga menjadikan para pekerja memilih tidak atau atau untuk sementara waktu mengurangi nongkrong dengan teman.
Membayangkan harga makanan dan minuman di daftar menu resto atau cafe saja ditotal kali berapa dalam sebulan saja sukses membuat beberapa pekerja mundur. Jika dibandingkan dengan membuatnya di rumah, mungkin dengan harga bisa dapat dua hingga tiga porsi makanan dan minuman serupa.
Baca juga:
Ketangguhan Lathifah Amaturrohman Kreasikan Gendong Bayi Jadi Ladang Amal
Namun sesekali nongkrong bersama teman dirasa diperlukan setelah bekerja dari pagi hingga malam hari. Memesan makanan dan minuman dengan harga paling murah menjadi salah satu cara untuk hemat saat nongkrong. Ungkapan dari falsafah Jawa "Mangan ora mangan sing penting kumpul" sesuai untuk menggambarkan situasi ini. Tak perlu mahal, terpenting kebersamaan dengan teman-teman.
Meski kocek bisa diakali, sepertinya soal waktu tak bisa ditawar. Saat sudah lelah seharian bekerja, jangan buat nongkrong, kadang lebih mending langsung tidur daripada makan.
3. Jarak kantor tak jadi penghalang

Lokasi kantor jauh dari tempat tinggal tak menjadi penghalang untuk tetap bekerja. Berangkat lebih awal untuk menghindari penuhnya kendaraan umum rela dilakukan para karyawan untuk dapat sampai di kantor tepat waktu.
Niat untuk mencari kos-kosan di dekat daerah kantor mungkin saja pernah terlintas di benak. Hanya saja kembali ke rumah bertemu dengan keluarga berhasil meruntuhkan niatan itu. Apalagi jika lokasi kantor di pusat kota pasti soal harga akan jadi pertimbangan agar lebih baik macet-macetan di jalan atau desak-desakan di kereta.
Waktu dihabiskan di jalanan saat menaiki kendaraan umum seringkali dimanfaatkan untuk memejamkan mata sejenak. Tak jarang karena terlalu lelah dan tertidur pulas, mereka turun di pemberhentian terakhir karena terlewat.
4. Memanfaatkan fasilitas kantor

Terdapat beberapa hal diperbolehkan untuk digunakan dan dimanfaatkan karyawan di kantor. Koneksi wifi, salah satunya. Koneksi wifi tentunya diperlukan untuk menunjang hampir sebagian besar pekerjaan di kantor dan menjadi salah satu aspek penting penunjang kerja.
Fasilitas wifi lantas tak hanya dapat digunakan untuk keperluan bekerja, beberapa karyawan tentunya menggunakannya untuk mengunduh sebanyak-banyaknya hiburan untuk kemudian disaksikan di rumah. Baik itu film, lagu, maupun file lainnya. Dengan begitu kebutuhan karyawan terpenuhi tanpa perlu mengorbankan paket data mungkin terbatas.
Tak hanya wifi, fasilitas printer juga sering dimanfaatkan karyawan, terlebih pekerja nyambi kuliah. Meski biaya cetak di luar relatif murah, namun jika diminta mencetak puluhan hingga ratusan halaman tentunya juga akan mengeluarkan biaya besar. Oleh karenanya, fasilitas printer beserta kertas dimanfaatkan untuk menghemat pengeluaran biaya cetak. (Cit)
Baca juga: