DUA gaya parenting beralawanan gentle parenting dan authoritarian parenting telah dikenal luas. Namun, di antara dua kubu nan kontras tersebut, ada satu gaya pengasuhan yang lembut, tapi tetap tegas. Namanya authoritative parenting.
Menurut Verywellmind, selain memberikan kasih sayang, dukungan, dan bimbingan secara lembut kepada anak, authoritative parenting secara tidak langsung juga mengajarkan anak arti tanggung jawab yang sesungguhnya. Orangtua sebagai penyedia segala kebutuhan anak membiarkan anak untuk mengeksplorasi hidupnya sendiri dan belajar mengambil keputusan serta menyelesaikan masalahnya sendiri secara bijaksana. Cara ini dianggap dapat menciptakan lingkungan yang positif untuk tumbuh kembang si kecil.
BACA JUGA:
1. Jadi pendengar nomor satu

Kalau di poin pertama, authoritative parenting memang memiliki sedikit kesamaan seperti gentle parenting yaitu menjadi pendengar yang baik untuk anak. Setiap anak pasti akan melewati fase tantrum. Nah, tinggal bagaimana orangtua menyikapi hal tersebut saja agar tantrumnya anak bisa teratasi tanpa trauma dan tentunya tanpa orangtua pusing tujuh keliling. Ketika anak mulai tantrum, cobalah untuk membiarkan anak meluapkan emosinya terlebih dahulu baru kemudian tanyakan apa yang membuatnya marah dan apa yang sedang dibutuhkan oleh anak.
2. Memberi penjelasan bukan ancaman
Authoritative parenting mendidik anak dengan disiplin tanpa ancaman. Artinya ketika anak tidak mau makan, orangtua dilarang untuk mengancam. Sebaliknya berikan penjelasan logis berupa fakta bahwa jika manusia tidak makan maka perutnya akan kesakitan karena penyakit asam lambung.
Alih-alih mengatakan:
“Biarin aja kalau adik enggak mau makan nanti enggak dibelikan mainan oleh papa!”
Lebih baik mengatakan:
“Kalau adik enggak makan, nanti perutnya sakit loh. Obat rasanya pahit, adik enggak suka kan?”
BACA JUGA:
3. Membiarkan anak menyelesaikan masalah sendiri
Ketika anak bertengkar dengan temannya, daripada langsung membelanya coba tanyakan dulu duduk masalahnya seperti apa. Kemudian, tanpa menyalahkan anak, berikan solusi dan saran yang bisa dimengerti oleh anak kecil. Lalu biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri agar ia terbiasa mandiri dan bersikap bijaksana hingga dewasa.
4. Berikan apresiasi sewajarnya

Memberikan apresiasi kepada anak berupa membelikan hadiah ketika ia menang sesuatu memang boleh-boleh saja ayah bunda. Tetapi pemberian apresiasi harus dilakukan dalam batas wajar. Artinya tidak dilakukan setiap anak menang sesuatu karena bisa membuat ia berpikir bahwa setiap melakukan hal baik akan mendapatkan “upah” dari orangtua. Anak perlu mendapatkan pengertian bahwa prestasi yang selama ini ia raih merupakan keuntungan untuk hidupnya bukan untuk memuaskan orangtua. Anak perlu tahu bahwa jika ia mengalami kegagalan atau keberhasilan, orangtua akan selalu bangga pada dirinya dan keberhasilan yang ia raih dari kecil hingga dewasa murni untuk dirinya sendiri. Didikan seperti ini membuat anak akan secara inisiatif berjuang untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain.(Mar)
BACA JUGA: