MerahPutih.com - Pemerintah agar konsisten mengedepankan dan membangun produk dalam negeri, bukan hanya sekedar slogan cinta produk dalam negeri.
Dalam kunjungannya ke PT Krakatau Steel di Royale Krakatau Hotel Convention Hall, Cilegon, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, dalam mengatakan sebagai negara besar harus memiliki visi untuk membangun industri bukan hanya sekedar mendorong investasi membangun pabrik atau menciptakan lapangan kerja.
Baca Juga:
Ganjar Pertanyakan Rencana Impor Beras saat Masuki Masa Panen
“Pabrik dan industri serupa tapi tidak sama. Pabrik memiliki pekerja, bangunan dan bahan baku yang kemudian diproses untuk menghasilkan barang sementara industri adalah hal yang kompleks termasuk pembangunan sumber daya manusia dan lingkungan,” kata Rachmat dalam keterangan persnya, Selasa (17/3).
Ia meminta kepada jajaran direksi PT Krakatau Steel untuk menerapkan industri strategis agar PT Krakatau Steel bisa terus bertahan, mampu mengurangi impor dan tidak mengalami kerugian.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mendorong penggunaan produk-produk Indonesia dan juga bangga terhadap produksi dalam negeri. Namun sejalan dengan itu, perlu dilakukan juga peningkatan kualitas produk dengan harga yang kompetitif sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri.
“Untuk menuju kepada sebuah loyalitas konsumen kita pada produk-produk dalam negeri memang ada syarat-syaratnya, kalau harganya kompetitif tentu saja, kalau kualitasnya baik tentu saja. Ini dari sisi produsen harus terus memperbaiki kualitasnya, memperbaiki packaging-nya, memperbaiki desainnya agar bisa mengikuti tren,” terangnya.

Ia meminta jajarannya untuk meningkatkan pemakaian produksi dalam negeri dan memerintahkan kementerian dan lembaga, serta BUMN (Badan Usaha Milik Negara), memperbesar TKDN (Tingkat Komponen dalam Negeri).
"Jangan sampai proyek-proyek pemerintah, proyeknya BUMN masih memakai barang-barang impor. Kalau itu bisa dikunci, itu akan menaikkan sebuah permintaan produk dalam negeri yang tidak kecil,” tegasnya.
Jokowi mengatakan, meskipun menggaungkan gerakan bangga buatan Indonesia, bahwa Indonesia menganut keterbukaan ekonomi.
“Saya tegaskan bahwa kita bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme itu justru merugikan, tetapi kita juga tidak boleh menjadi korban unfair practices dari perdagangan dunia,” ujarnya. (Pon)
Baca Juga:
Beras Impor Yang Menumpuk di Gudang Bulog