SEMPAT tertunda perilisannya, Ras Muhamad akhirnya merilis album terbaru bertajuk SATRYO pada Agustus 2020. Album ketujuh ini merupakan album kedua Ras Muhamad yang dirilis secara internasional oleh label asal Jerman, Oneness Records.
Pada album kedua rilisan internasional ini, Ras Muhamad bereksperimen dengan memadukan elemen Arab dan Jawa, serta filosofi islam dalam balutan musik dancehall dengan teknik toasting yang merupakan perpaduan antara musik Jamaika dengan hip hop yang menjadi ciri khasnya.
Baca juga:

“Salah satu hal menarik di album ini yaitu memakan waktu yang lama sekitar tiga setengah tahun. Namun, album ini bisa disebut sangat berbeda, karena album ini bentuk evolusi dari Ras Muhamad dan secara personal ini adalah pertumbuhan seorang Ras Muhamad,” kata Ras Muhamad saat dihubungi Merahputih.com, Selasa (15/12).
Seperti penggalan lirik “Berjalan di hidup ini bagaikan jawara, penuh percaya diri bagaikan singa ambasah, lakukan segalanya dengan basmalah” pada lagu Jawara, Ras Muhamad mengawali album SATRYO dengan kata ‘Bismillahirrohmanirrohim’ di lagu pembuka Kick a Lil Prelude.
Di album SATRYO, Ras Muhamad berperan sebagai co-producer, co-song writer dan co-music director, sehingga album penuh ini merupakan hasil 100 persen perjalanan seorang Ras Muhamad.
“Ras Muhamad bukan hanya sebatas musisi reggae saja dan saya tidak ingin dikotakan seperti itu, saya ingin menantang diri sendiri bahwa saya bisa lebih baik dari apa yang saya lakukan sebelumnya. Karena album SATRYO merupakan terlahirnya kembali seorang Ras Muhamad,” lanjut pria yang menempuh pendidikan lanjut di Liberal Arts, Borough of Manhattan Community College.
View this post on Instagram
SATRYO bisa dikatakan sebagai sebuah cerita utuh, perjalanan Ras Muhamad dari sisi religius, spiritual, hingga ideologi musik.
Ia juga tidak segan untuk memuji nama sang pencipta, Allah SWT, seperti penggalan lirik “Ya Wadud, sang maha kasih, lebih dekat dari urat nadimu, Ya Wadud, sang maha kasih, hembuskan cinta dalam Rahim,” di lagu Al Wadud yang merupakan salah satu sifat sang pencipta, Allah SWT berarti Yang Maha Mengasih.
Ada juga lirik yang berbunyi “Sering ku bilang reggae itu budaya, bukan sebatas genre ataupun busana, Kingston Jamaika jangan dilupakan, karena one love bukan sekadar ucapan” pada lagu Pistol Parabellum yang sarat akan pesan tentang arti reggae sesungguhnya.
Walaupun Ras Muhamad sudah dikenal secara internasional, namun ia tetap peka dengan isu-isu di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan pada lirik “Tetap ku yakini Pancasila, walau ku sujud ke arah kiblat, pulau Jamaika ku napak tilas, tanag suci ku negeri Indonesia, Mereka larang tanaman khasiat, namun bebas jual-beri miras, bahayanya marlboro dan chivas, namun tak ada yang tewas akibat sativa” dari lagu Bambu Keras.
Baca juga:
“Album SATRYO seperti sebuah perjalanan, akhirnya saya bagi menjadi tiga bagian dalam 15 lagu tersebut. Act pertama saya sebut Awakening di mana saya mulai sadar atau membuka hati, Act dua “A Rhyme and Disharmony” dan Act ketiga Essention atau bisa disebut juga menembus langit,” jelas pria yang kini menetap di Bali.
Tidak hanya itu, album SATRYO juga menjadi wadah eksperimen bagi seorang Ras Muhamad, seperti lagu Flight of Ananta yang memadukan rock dengan distorsi gitar, lagu Madda Like lebih kepada campuran afro pop dengan afrobeats, kemudian lagu King & Goddess yang terinspirasi dari psychedelic rock, serta lagu penutup Meta Master Eye Allah yang dipadukan dengan komposisi orkestra.
“Walaupun nafasnya masih tetap reggae, namun saya bereksperimen yaitu dengan musik-musik akustik dan lainnya di album ini,” cetusnya.
View this post on Instagram
Pemilihan sampul album SATRYO juga memiliki kesan mendalam untuk Ras Muhamad sendiri. Ia berkata memilih sosok Maulana Jalaluddin Rumi, yang merupakan seorang penyair sufi asal Uzbekistan, membantunya dalam perjalanan spiritual.
“Syair-syair beliau dan ayat-ayat dari Al-Qu’ran sangat membantu dan bisa dikatakan mengobati saya disaat saya kehilangan Ayahanda, dan juga mendorong diri saya dalam perjalanan spiritual yang lebih mendalam,” ucapnya.
Ras Muhamad berevolusi menjadi seorang ksatria dalam album SATRYO, ia seakan jalan beriringan dengan para musisi mancanegara pada album ini, mulai dari JahCoustix (Jerman), Kelissa (Jamaica), Promoe (Swedia), Cali P (Guadalupe/Swiss), Tippa Irie (Jamaica/UK) dan sahabat baiknya keturunan Indonesia, Toke (Berlin/Bali).
Album ini bukan sekadar karya musik, SATRYO menjadi bukti pertumbuhan Ras Muhamad dalam segala aspek. Tidak berlebihan bila menyebut album SATRYO adalah sajian persatuan filosofi islam dengan musik reggae terbaik dari Ras Muhamad.
Sebagai seorang seniman, Ras Muhamad membuktikan dirinya memiliki keberanian untuk terus berubah dan tidak diam. Sebagai Survivor, ia memiliki mental ksatria yang mampu melewati situasi buruk, dengan cara ikhlas dan terus bertindak oleh apa yang ia percaya.
“Sebagai survivor, memang saat ini kita harus terus berjuang dan bertahan di masa yang menantang ini, selain kesehatan fisik, yang paling penting adalah menjauhi untuk mengonsumsi hal-hal yang negatif, dalam hal ini adalah pikiran,” tutup Ras Muhamad. (far)
Baca juga: