Cerita Pasien OTG Ngobrol dengan Tetangga di Balik Jendela Pakai Masker

Zulfikar SyZulfikar Sy - Jumat, 02 Oktober 2020
Cerita Pasien OTG Ngobrol dengan Tetangga di Balik Jendela Pakai Masker
Ilustrasi. (Foto: MP/Pixabay.com/Duplex)

MerahPutih.com - Kasus COVID-19 di Jakarta tiap harinya terus mengalami lonjakan. Proporsi kasus corona dengan kategori orang tanpa gejala (OTG) di ibu kota berjumlah 53 persen dari total kasus aktif.

Pemerintah pun kini tengah disibukan dengan mencari tempat isolasi bagi masyarakat yang terpapar virus COVID-19 dengan kasus OTG.

Pemprov DKI juga telah membuat kriteria khusus bagi warga yang terjangkit corona dengan melakukan isolasi mandiri diri di rumah. Kebijakan ini sebelumnya pernah dilarang Gubernur Anies karena dikhawatirkan dapat menjadi klaster keluarga.

Baca Juga:

Anies Wajibkan Hotel dan Wisma Disediakan Wifi bagi Pasien OTG

Pasien OTG COVID-19 bernama Dian (25) bercerita, dirinya menjadi salah satu pasien corona klaster keluarga, setelah lebih dulu ibunya dinyatakan positif terjangkit penyakit berasal dari Wuhan, Tiongkok itu.

Awal mulanya, pada tanggal 27 Agustus 2020, ibunya mengeluhkan kehilangan indra penciuman. Menurut dia, ada yang tak beres. Akhirnya ia mengantarkan orang tuanya itu berobat ke Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara. Memang domisili tempat tinggalnya di daerah Jakut.

"Pas sampai puskesmas, dia ternyata dijadiin suspek, gue ikutan jadi suspek karena barengan terus," ucap Dian kepada Merahputih.com, Jumat (2/10).

Singkat cerita, Dian memberanikan diri untuk menjalankan tes swab di Puskesmas Cilincing pada 1 September 2020. Hal itu dilakukannya hanya untuk memastikan apakah dirinya terjangkit COVID-19 atau tidak. Bila positif, ia akan mengisolasi diri agar kasus corona tak meluas.

Di tanggal 5 September, hasil pemeriksaan swab test keluar dari Puskesma Cilincing. Bertapa kagetnya dia mengetahui jika ia dan ibunya positif virus COVID-19. Informasi bahwa keduanya terpapar melalui pesan singkat aplikasi WhatsApp.

"Dikasih tahu via WhatsApp ada keterangan gue sama nyokap positif, disuruh isolasi 14 hari sejak tanggal 1 pas swab di tanggal 14," ungkap dia.

Ilustrasi. (Foto: MP/Pixabay.com/fernandozhiminaicela)
Ilustrasi. (Foto: MP/Pixabay.com/fernandozhiminaicela)

Pasca dinyatakan positif keduanya akhirnya melakukan isolasi mandiri di rumah lantaran tak ada gejala yang serius hingga sampai pakai alat ventilator.

Selama isolasi mandiri di rumah, banyak perubahan kebiasaan yang sebelumnya dilakukan seperti makan dan bersosialisasi dengan masyarakat. Rasa penat menempel di pikirannya sebab hal ini tak biasa ia rasakan di keseharian kemarin-kemarin.

Dian menyampaikan, dalam sosialisasi kepada warga saja, ia harus di balik jendela rumahnya dengan mengenakan masker. Kegiatan ini sangat aneh menururnya.

"Ngobrol dari jauh sama tetangga. Misalnya gue di dalem rumah, tetangga di luar rumah, gue ngobrol lewat jendela, pakai masker juga," paparnya.

Untuk persoalan makanan, ibunya setiap hari selama isolasi mandiri meminta tolong pada tetangga untuk membelanjakan bahan makanan ke pasar. Tapi untuk masakan, ibunya sendiri yang mengolah. Tak dibantu tetangga di sekitar rumah.

Bahan yang dipesan ibunya itu pasti makanan yang bergizi untuk menambah daya tahan tubuh dan meningkarkan imun keduanya dalam melawan virus di dalam tubuh. Ia juga sangat rutin mengkonsumsi susu.

Dian juga menuturkan, saat karantina secara pribadi ia kerap memesan makanan melalui jasa ojek online (ojol). Cara mengambil pesanan pun berbeda bila sudah sampai di rumah. Driver Ojolnya menyantelkan (menggantungkan) pesanannya itu ke sebuah pagar dan pengemudinya langsung pergi, tidak bertemu secara tatap muka.

Setelah Ojolnya pergi, baru ia mengambil pesanannya itu yang di gantungkan ke pagar.

Selama 14 hari menjalankan isolasi mandiri di rumah, Dian kembali dikirimkan pesan oleh Puskesmas Cilincing, Jakut via WhatsApp.

Informasi ini mengabarkan bahwa dirinya bersama ibunya sudah selesai melakukan isolasi mandiri dan dinyatakan sembuh.

"Gue dikirimin surat via WhatsApp kalau gue udah selesai isolasi jadi ga ada follow up tes swab lagi, langusng dibilang sembuh aja gitu," tutupnya.

Baca Juga:

Pasien OTG di RS Darurat Wisma Atlet Capai 1.984 Orang

Sementara itu, tiga hotel di Jakarta yang disiapkan untuk isolasi mandiri pasien OTG yaitu Ibis Mangga Dua, Jakarta Utara; Ibis Senen, Jakarta Pusat; dan U Stay Mangga Besar, Jakarta Barat. Namun, ketiganya masih belum digunakan.

"Sekarang kan penempatan isolasi masih terpusat di Wisma Mandiri," terang Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Kapasitas Isolasi Mandiri Kemayoran masih menampung pasien corona dan belum dinyatakan penuh.

Bila kapasitas ruang isolasi pasien OTG di Wisma Mandiri Kemayoran seluruhnya terisi, maka pasien akan karantina ke tempat lain seperti 3 hotel itu.

Pemprov DKI juga telah memiliki tempat tambahan isolasi bagi warga terpapar corona tanpa gejala yakni di Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre), Jakarta Utara; Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur; dan Graha Wisata Ragunan, Komplek GOR Jaya Raya Ragunan, Jakarta Selatan.

"Pokoknya semuanya akam kami siapkan sebaik mungkin lah. sebanyak mungkin, secepat mungkin," tuturnya.

Semua biaya pasien COVID-19 yang dikarantina di hotel ditanggung Pemerintah Pusat. "Biaya isolasi hotel itu dibiayai oleh pemerintah pusat," terang. (Asp)

Baca Juga:

Wagub DKI: 3 Hotel Pasien OTG Belum Bisa Digunakan

#Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan