RAMAI pemberitaan tentang perjuangan Santi, seorang ibu asal Sleman, Yogyakarta. Ia melakukan aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (26/6), untuk memperjuangkan dilegalkannya ganja medis untuk anaknya.
Santi bersama beberapa orang tua lainnya yang memiliki anak dengan kondisi medis tertentu telah melayangkan permohonan uji materi UU Narkotika ke Mahkamah Konstitusi (MK) sejak November 2020 lalu. Mereka memperjuangkan ganja sebagai medis sebagai obat, terutama untuk penyembuhan cerebral palsy.
Cerebral palsy adalah gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan atau di tahun pertama setelah kelahiran.
Mengutip laman Center for Disease and Prevention Control (CDC) Amerika Serikat, cerebral palsy merupakan kondisi cacat motorik yang paling umum terjadi di masa kanak-kanak. 'Cerebral' berarti berhubungan dengan otak. Sementara 'palsy' berarti kelemahan atau masalah dalam menggunakan otot.
Baca Juga:

Cerebral Palsy disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal atau kerusakan pada otak yang sedang berkembang. Kerusakan ini memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol otot-ototnya.
Melansir Alodokter, gejala cerebral palsy atau lumpuh otak sangat beragam. Pada tingkat paling parah, cerebral palsy dapat menyebabkan kelumpuhan. Penderitanya mungkin memerlukan peralatan khusus untuk bisa beraktivitas. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan sehingga memerlukan perawatan seumur hidup.
Kerusakan otak pada cerebral palsy bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan. Namun, ada perawatan yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan fungsi saraf yang mengatur pergerakan otot tubuh. Penyakit ini juga tidak akan bertambah buruk, tetapi beberapa gejalanya dapat berubah seiring waktu.
Cerebral palsy atau lumpuh otak disebabkan oleh gangguan perkembangan otak pada anak, yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur tubuh. Selain itu, kondisi ini juga dapat menimbulkan gangguan kecerdasan.
Cerebral palsy umumnya terjadi pada masa kehamilan, tetapi juga dapat terjadi saat proses persalinan, atau beberapa tahun pertama setelah anak lahir. Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan perkembangan tersebut, tetapi kondisi ini diduga dipicu oleh sejumlah faktor berikut:
1. Gangguan pada masa kehamilan
Cerebral palsy paling sering disebabkan oleh gangguan perkembangan otak saat anak masih di dalam kandungan. Kondisi ini disebabkan oleh:
- Perubahan pada gen yang memiliki peran dalam perkembangan otak.
- Infeksi saat hamil yang menular pada janin, seperti cacar air, rubella, sifilis, herpes, zika, toksoplasmosis, dan infeksi cytomegalovirus.
- Gangguan aliran darah ke otak janin.
- Perbedaan golongan darah rhesus antara ibu dan bayi.
2. Gangguan pasca persalinan
Kerusakan otak pada cerebral palsy juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi saat atau setelah bayi lahir, yaitu:
- Kurangnya suplai oksigen pada otak bayi (asfiksia) selama proses persalinan.
- Kelahiran sungsang, yaitu lahir dengan kaki keluar terlebih dahulu.
- Penyakit kuning (kernikterus)Radang pada otak (ensefalitis) atau selaput otak (meningitis) bayi.
- Cedera parah di kepala, contohnya pada kasus shaken baby syndrome atau akibat kecelakaan.
3. Faktor risiko cerebral palsy
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi terkena cerebral palsy, yaitu:
- Kelahiran bayi kembar dua atau lebih, terutama jika salah satu bayi selamat dan bayi yang lain meninggal saat dilahirkan.
- Berat badan bayi yang rendah saat lahir, yaitu kurang dari 2,5 kilogram.
- Kelahiran prematur, yaitu lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Kebiasaan buruk pada ibu selama masa kehamilan, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan NAPZA.
Baca Juga:
Empty Nest Syndrome, Perasaan Hampa Ketika Anak Meninggalkan Rumah

4. Gejala Cerebral Palsy
Pada anak atau bayi yang terkena cerebral palsy, sejumlah gejala yang dapat timbul berupa:
- Pergerakan dan koordinasi
Gejala cerebral palsy yang berkaitan dengan pergerakan dan koordinasi adalah:
a. Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh, seperti menyeret salah satu tungkai saat merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
b. Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
c. Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau dengan tungkai terbuka lebar.
d. Otot yang kaku atau malah sangat lunglai.
e. Sendi kaku dan tidak terbuka sepenuhnya (kontraktur sendi).
f. Tremor pada wajah, lengan, atau anggota tubuh lainnya.
g. Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol
- Kemampuan berbicara dan makan
Gangguan pada otot di sekitar wajah akibat cerebral palsy dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berbicara dan makan. Gejala yang mungkin terlihat akibat kondisi ini adalah:
a. Gangguan berbicara (disartria).
b. Kesulitan dalam menelan (disfagia).
c. Kesulitan dalam mengisap dan mengunyah.
d. Terus-menerus mengeluarkan air liur.
- Pertumbuhan dan perkembangan
Penderita cerebral palsy umumnya mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala yang mungkin muncul antara lain:
a. Terhambatnya pertumbuhan anggota tubuh sehingga ukurannya akan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran normal.
b. Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak, seperti duduk, berguling, atau merangkak.
c. Gangguan belajar.
d. Gangguan kecerdasan.
Baca Juga:

Bantuan medis
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika kamu menemukan tanda atau gejala cerebral palsy pada anakmu. Gangguan tumbuh kembang anak perlu segera didiagnosis dan ditangani agar kualitas hidup anak bisa meningkat.
Dokter dapat menduga seorang anak mengalami cerebral palsy apabila terdapat sejumlah gejala yang telah disebutkan sebelumnya. Dokter juga akan berbicara dengan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menguji pendengaran dan penglihatannya.
Untuk lebih memastikan diagnosis, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan, seperti:
- Tes darah, untuk menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain.
- Pemindaian dengan MRI, CT scan, dan USG, untuk melihat area otak yang rusak atau berkembang secara tidak normal.
- Elektroensefalografi (EEG), untuk melihat aktivitas listrik otak dengan bantuan alat khusus yang disambungkan ke kulit kepala
Setelah memastikan diagnosis cerebral palsy, dokter dapat melakukan pemeriksaan lain untuk mendeteksi gangguan pada kecerdasan, postur, dan kesembangan. Tes juga dilakukan untuk memeriksa gangguan dalam bicara, melihat, mendengar, dan bergerak.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan cerebral palsy. Namun, ada metode yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam beraktivitas secara mandiri.
Metode pengobatan yang umumnya dilakukan adalah dengan obat-obatan yang digunakan untuk meredakan nyeri atau melemaskan otot yang kaku agar pasien lebih mudah untuk bergerak. Jenis obat yang digunakan tergantung pada luasnya otot yang kaku.
Pemakaian ganja sebagai salah satu obat non medis atau herbal menjadi alternatif bagi sebagian orang tua yang memiliki anak cerebral palsy. Namun, ganja sebagai penyembuh di Indonesia masih kontroversi. Beberapa dokter dan pengamat kesehatan berpendapat bahwa berdasarkan riset ganja di Indonesia tidak dapat dijadikan alat medis, berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. (DGS)
Baca Juga: