Cegah Penyebaran Corona, Gereja St. Gregorius Agung Paroki Kutabumi Gelar Misa via YouTube

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Minggu, 22 Maret 2020
Cegah Penyebaran Corona, Gereja St. Gregorius Agung Paroki Kutabumi Gelar Misa via YouTube
Gereja St. Gregorius Agung Paroki Kutabumi melaksanakan misa online. (Foto: MP/Andreas Pranatalta)

SUASANA misa umat Katolik tampak berbeda pada Minggu 22 Maret 2020, dua pekan pasca virus Corona statusnya dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Biasanya jemaah pergi ke gereja untuk misa, kali ini ibadah tersebut dilakukan secara online karena wabah COVID-19. Keputusan ini dilakukan oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) terkait penyebaran COVID-19 yang semakin luas. Mengacu pada hal tersebut, Gereja St. Gregorius Agung Paroki Kutabumi, Tangerang, juga melaksanakan misa online.

Baca juga:

Imbauan Gereja Katolik Merespons Wabah COVID-19

Pada Kamis (19/3), KAJ memberikan surat keputusan kepada para Pastor Paroki di lingkungan KAJ terkait kegiatan yang dilakukan selama adanya wabah COVID-19. Dalam surat tersebut tertulis bahwa mulai 20 Maret 2020 hingga 3 April 2020 semua kegiatan yang berpotensi mengumpulkan banyak orang ditiadakan.

Salah satunya adalah meniadakan misa harian dan misa mingguan di gereja. Keputusan ini membuat paroki yang ada di lingkungan KAJ mengadakan misa secara online.

Gereja St. Gregorius Agung Paroki Kutabumi, sebagai salah satu paroki di lingkungan KAJ, telah melaksanakan misa secara online pada Minggu (22/3) pukul 09.30 WIB. Misa tersebut dipimpin oleh RD (Reverendus Dominus yang artinya Bapak atau Tuan dalam Bahasa Latin) Nemesius Pradipta dan dibantu oleh para petugas lainnya.

Misa online ini dilakukan secara live streaming di Youtube oleh pihak Komsos. Bagi umat yang belum mengikuti, dapat mengikuti misa kedua pada Minggu (22/3) pukul 19.00 WIB.

misa online
RS Nemesius Pradipta yang memimpin misa online pada 22 Maret 2020 (Foto: MP/Andreas Pranatalta)

Dalam khotbahnya, Romo Dipta juga menyinggung terkait wabah virus Corona yang sedang melanda berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. “Marilah kita merenungkan dalam hati kita masing-masing. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan di tengah-tengah peristiwa yang sedang kita alami. Kita bisa bersyukur karena masih ada para perawat, para tenaga medis, para dokter, dan para relawan yang berjuang,” jelasnya.

Baca juga:

Pandemi Corona, Mengapa 'Social Distancing' Perlu Dilakukan?

Ina, salah satu jemaat yang mengikuti misa online pada hari Minggu 22 Maret 2020 mengatakan bahwa misa kali ini sangat terasa berbeda dari misa yang biasa dilakukan di gereja.

“Suasana hari ini sangat berbeda. Ya, sebenarnya lebih hikmat kalau misa itu di gereja ya sudah pasti. Namun, saya tetap bersyukur masih bisa mengikut misa meskipun secara online. Sayangnya, kayak ada yang kurang aja gitu karena kita tidak menerima komuni,” ujarnya.

Misa online
Dianjurkan untuk meletakkan lilin dan salib. (Foto: MP/Andreas Pranatalta)

Meskipun misa dilakukan secara online, adapun tata sikap yang perlu diperhatikan umat. Seperti mengenakan pakaian yang pantas, tempat yang layak untuk melakukan misa (ruang tamu, ruang keluarga, atau ruang doa), dan tetap fokus mengikut perayaan Ekaristi secara penuh. Selain itu juga dianjurkan untuk meletakkan atribut rohani seperti salib dan lilin di atas meja bertaplak putih layaknya altar di gereja. (And)

Baca juga:

'Covidiot', Istilah Baru untuk Orang yang Meremehkan Virus Corona

#Gereja #Gereja Katolik #Kebebasan Beribadah #Umat Kristen #Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.
Bagikan