MerahPutih.com - Tingkat kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan terobosan, dengan mengoptimalkan kinerja layanan di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) seluruh Indonesia.
Kemenkes akan mendistribusikan alat Ultrasonografi (USG) ke seluruh puskesmas di Indonesia dalam upaya mencegah kematian ibu dan bayi dalam kandungan.
Baca Juga:
KKB Pimpinan Lewis Kogoya Bakar Puskesmas dan Rumah di Kabupaten Paniai
"Alat USG ini akan mendeteksi bagaimana perkembangan bayi di puskesmas yang dilakukan oleh dokter umum di seluruh Indonesia," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono di Banda Aceh, Kamis (25/3).
Pendistribusian USG ke seluruh puskesmas salah satu program dalam rencana transformasi kesehatan Indonesia pada pilar layanan primer untuk mencegah kematian ibu dan anak.
"Transformasi layanan primer juga fokus terhadap deteksi dini terhadap kekerdilan dan wasting," katanya.
Ia menyebutkan, pemerintah terus melakukan berbagai macam cara untuk menekan angka kekerdilan, meningkatkan kesehatan ibu dan anak hingga antenatal care menjadi lebih baik. Salah satunya melalui distribusi USG ke puskesmas.
Pemerintah juga akan memberikan pelatihan kepada dokter umum di puskesmas agar dapat menggunakan alat USG dengan baik.
"Dan bisa mendeteksi pelayanan pertumbuhan janin, pelayan persalinan sehingga kematian ibu menjadi lebih kecil," ungkapnya.
Selama ini, menurut dia, justru sebagian besar angka kematian ibu terjadi di rumah sakit. Hal itu terjadi karena rujukan untuk persalinan terlambat sehingga perlu penanganan pertama dari Puskesmas.
"Dengan mengetahui gestasi kehamilan yang lebih awal di puskesmas maka rujukan ke rumah sakit akan lebih baik," kata Dante.
Ia menegaskan, komitmen Kemenkes melakukan transformasi kesehatan tertuang dalam enam pilar yakni layanan primer berupa penanganan terhadap imunisasi, penapisan kesehatan, kekerdilan, serta Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).
Selanjutnya pilar layanan rujukan yakni penanganan sembilan penyakit prioritas dengan mortalitas tertinggi, kemudian pilar ketahanan kesehatan yakni riset dan industrialisasi obat dan alat kesehatan dalam negeri.
Selanjutnya, pilar pembiayaan kesehatan yaitu fokus pada pembiayaan berbasis kebutuhan dasar kesehatan, pilar sumber daya manusia (SDM) kesehatan yakni produksi dan distribusi kekurangan 172 ribu dokter, serta pilar teknologi kesehatan berupa penerapan teknologi digital dan bioteknologi.
Selain itu, Kementerian Kesehatan berupaya menambah lulusan dokter dari perguruan tinggi sebanyak 5.000 orang per setiap tahun, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dokter di seluruh Indonesia.
"Saat ini distribusi memang masih ada kekurangan di beberapa tempat, karena jumlah dokter kita, produksinya juga masih kurang, tapi akan kita tingkatkan, bertambah 5.000 lulusan dokter setiap tahunnya," katanya.
Di Indonesia terdapat 155 rumah sakit umum daerah (RSUD) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota masih belum memiliki tujuh dokter spesialis.
"Ini masih menjadi kendala, yang kita harus bertransformasi untuk meningkatkan lulusan dokter, yang tadinya 12.000 per tahun dalam waktu cepat untuk segera ditingkatkan," katanya. (Knu)
Baca Juga:
30 Wilayah Jakarta Belum Punya Puskesmas, PSI Minta Anies Percepat Pembangunan