MerahPutih.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS) mengurangi masa karantina untuk seseorang yang berkontak langsung orang dengan COVID-19, dari semula 14 hari menjadi 10 hari.
Pemangkasan masa karantina ini dapat diberlakukan jika tidak menunjukkan gejala atau tujuh hari, serta hasil tes PCR maupun antigen negatif.
Baca juga:
Kepala Medis untuk COVID-19 CDC, Dr. John Brooks memaparkan orang bisa mendapatkan tes diagnostik hingga 48 jam sebelum hari ketujuh atau sedini mungkin pada hari ke-5. Jika hasil tes negatif datang dengan cepat, mereka harus tetap di karantina sampai hari ke-7.
Tetapi, lanjut dia, jika hasil tes datang lebih lambat dari hari ke-7, mereka harus menunggu untuk bisa keluar dari karantina sampai mendapatkan hasilnya.
"Bahkan setelah keluar dari karantina lebih awal, orang masih harus memperhatikan gejala selama 14 hari penuh setelah terpapar," demikian pernyataan CDC, dikutip Antara dari Livescience, Kamis (3/12).

Tak hanya CDC tetapi berbagai studi menunjukkan, karantina yang lebih pendek masih dapat secara signifikan mengurangi infeksi sambil memungkinkan lebih banyak orang untuk mengikuti pedoman kesehatan.
Rekomendasi ini memang masih bisa membawa risiko (menyebarkan virus) tetapi skalanya sangat kecil yakni 1 persen. Sementara seseorang yang keluar dari karantina dengan hasil tes negatif pada hari ke-7, risikonya menyebarkan virus sekitar 5 persen.
Walau begitu, CDC menyarankan mereka yang keluar dari karantina untuk terus melakukan tindakan pencegahan COVID-19 yakni mendeteksi gejala, menjaga jarak sosial dan memakai masker.
Menurut Brooks, karantina 14 hari dapat menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi mereka yang tidak dapat bekerja selama waktu itu. Oleh karena itu, rekomendasi karantina yang lebih pendek kemungkinan akan meningkatkan kepatuhan.
Sebaliknya, CDC tetap menekankan bagi orang yang positif COVID-19, rekomendasi karantina untuk orang yang dites positif COVID-19 tidak berubah. (*)
Baca Juga: