Inspirasi

Cara Pemilik Toko Alat Tulis Survive Saat Pandemi

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Selasa, 15 Desember 2020
Cara Pemilik Toko Alat Tulis Survive Saat Pandemi
Toko Cempaka milik Herman. (sumber: Herman Susilo)

PENYEBARAN virus Corona di seluruh dunia memaksa setiap orang untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Hal ini dikarenakan virus tersebut dapat dengan cepat menular melalui interaksi fisik dengan orang maupun tempat yang telah terinfeksi. Maka dari itu, pemerintah pun mengimbau masyarakat untuk tetap di rumah supaya lebih aman.

Kini, banyak tempat kerja yang menggunakan sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Selain itu, lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi pun juga menganut sistem tersebut. Kegiatan pembelajaran pada akhirnya dijalankan secara daring untuk meminimalisir risiko penyebaran virus Corona baru.

Baca juga:

Diskon, Kunci 'Survive' Bisnis Jasa Foto di Masa Pandemi

Selain berdampak pada warga sekolah, pandemi ini juga mempengaruhi bisnis Herman Susilo yang mempunyai toko fotokopi dan alat tulis untuk para anak sekolah. Sejak didirikannya pada 2016, toko tersebut selalu menjadi incaran para siswa untuk membeli kebutuhan mereka di sekolah.

Toko milik Herman. (sumber: Herman Susilo)

Selain itu, lokasi toko alat tulis milik Herman yang bernama Toko Cempaka tersebut juga berdekatan dengan salah satu Sekolah Dasar (SD). Hal inilah yang menjadikan toko tersebut selalu ramai didatangi warga sekolahan.

"Sebenarnya di daerah sini banyak tempat jual alat tulis, ada sekitar lima sampai enam toko. Tapi karena toko saya cuma beda dua rumah sama sekolah, jadinya pada beli disini," kata Herman kepada merahputih.com.

Pria berusia 54 tahun tersebut menjelaskan dampak dari pandemi saat ini terhadap tokonya. Ia mengungkapkan ketika anak sekolah melakukan pembelajaran dari rumah, penjualan Toko Cempaka tersebut tidak bergerak.

"Pandemi ini berdampak sekali untuk toko saya. Bisa dibayangkan saja, penjualan yang sebelumnya dari 100 persen jadi cuma 20 persen, yang tadinya orang beli buku dua box berisi 20 buah menjadi dua buah saja, sama seperti pulpen dan pensil," ungkap Herman.

Menjadi kepala keluarga di tengah kesulitan saat pandemi ini tidaklah mudah. Hal ini juga yang menjadi beban untuk Herman. Ia harus menghidupkan istri dan kedua anaknya walau omzet tokonya menurun drastis.

"Untuk sekarang bisa makan dengan tempe aja bersyukur, sebenarnya ini yang paling beban karena enggak mungkin saya kasih makan keluarga cuma nasi doang. Makan ayam aja sekarang harus berpikir 1000 kali. Pilihannya cuma sekarang bisa makan ayam atau besok enggak makan sama sekali,” ujar Herman.

Baca juga:

3 Cara Survive Dari Teman yang Diam-Diam Nawarin Asuransi

Demi menafkahi keluarganya, Herman sekarang menambah penjualan barang seperti sembako, perabotan rumah tangga, mainan, makanan ringan, hingga pot tanaman di tokonya. Menurutnya, peminat tanaman hias belakangan ini sedang meningkat, maka dari itu, ia berinisiatif menjual pot walaupun penghasilannya tidak seperti dulu.

Sebelumnya, bisnis Herman fokus pada penjualan alat tulis dan fotokopi. (sumber: Herman Susilo)

Agar barang jualannya tetap laku, Herman menggunakan platform WhatsApp untuk menawarkan dagangannya ke warga sekitar. Tidak sedikit orang yang membantu jualannya tersebut. Terkadang, sebagian orang langsung datang ke tokonya untuk mengambil pesanan. Selain itu, tidak jarang juga ia langsung terjun ke lapangan untuk menawarkan makanan yang ia jual di toko.

"Walaupun cuma sedikit yang beli, tapi saya antar barangnya, karena saya juga mau tetap hidup. Kadang saya juga keliling ke toko lain yang bisa saya tawarkan apa kebutuhannya. Walaupun ibarat dari 10 toko cuma ada satu yang beli, tapi tidak apa-apa, namanya juga kita usaha," ungkapnya.

Meskipun penghasilannya tidak sebesar sebelum pandemi, namun Herman tetap bersyukur terhadap kondisinya sekarang. Menurutnya, pekerjaan apapun bisa dilakukan, entah hanya menawarkan barang atau jasa. Yang paling penting ialah pekerjaan yang dilakukan tersebut halal.

Menurutnya, sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk memilih-milih pekerjaan. Jika penghasilan dari pekerjaan tersebut bisa menafkahi serta halal untuk keluarganya, ia akan terus menekuninya. Herman berharap pandemi ini cepat berlalu agar meminimalisir dampak yang dirasakan oleh banyak orang, sehingga penghasilan mereka kembali stabil. (scp)

Baca juga:

Kiat Survive Menghadapi Cyberbullying

#Virus Corona #Desember Survive #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan