Ngabuburit telah menjadi semacam tradisi bagi masyarakat Indonesia selama 'bulan puasa'.Baik anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua selalu punya cara tersendiri saat ngabuburit.
Biasanya, mereka akan mengajak serta orang lain, bergerombol, meski ada pula sendirian, ketika ngabuburit. Kebanyakan tujuannya berburu takjil, sekadar menikmati suasana sore hari, olahraga, bermain, dan kegiatan lainnya.
Namun hampir dua tahun terakhir, ngabuburit seolah hilang makna karena kegiatan di luar ruang sangat dibatasi akibat pandemi Covid-19.
Semua kegiatan ngabuburit hanya berlangsung di rumah, dan dilakukan secara virtual. Rasa kangen tak tertahankan Warga +62 agar bisa ngabuburit seperti sebelum pandemi sejatinya sudah tak terbendung.
Laporan hasil survei NeuroSensum berjudul Annual Ramadan Spending Tracker 2021 menunjukan sebanyak 63% masyarakat masih menahan diri untuk tidak melakukan ngabuburit. Selain itu, lebih dari separuh responden juga enggan mengikuti tradisi silaturahmi tatap muka selama Ramadan, seperti mengikuti acara sosial, ziarah dan umrah, dan sahur di luar rumah (Sahur On The Road).
Maka, ketika pandemi sudah mulai melandai, bahkan Satgas COVID-19 sudah memperbolehkan buka bersama (bukber) puasa meski tak boleh ngobrol, menjadi angin segar di bulan Ramadan tahun ini.
Demi mengobati rasa kangen sekaligus mengenang nostalgia Ramadan sebelum pandemi, berikut beberapa cara ngabuburit khas Warga +62 paling ngangenin selam Ramadan.
Baca juga:
Ngabuburit di Rumah? Dengar Program Radio Saja
1. Bleguran

Tradisi kegiatan bleguran telah dilakukan masyarakat di sekitar daerah Jakarta sejak lampau. Para anak muda biasanya membuat meriam dari bambu dan meledakkannya hingga membuat suara dentuman mirip dengan meriam asli.
Bleguran merupakan kegiatan kolektif dari hulu hingga hilir. Saat membuat bleguran, semua anak akan mencari bambu terbaik, merancangnya, lalu bermian bersama sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Di masa lalu, Bleguran dapat dilakukan di tiap tempat di Jakarta karena lahan masih luas sehingga tidak mengganggu penduduk.
Kini, saat lahan menjadi begitu sesak, Bleguran hanya bisa dilakukan di beberapa tempat khusus.
2. Kumbohan

Bagi masyarakat Lamongan pasti sudah tak asing dengan Kumbohan sebagai kegiatan paling ngangenin saat ngabuburit.
Kegiatannya meliputi berburu ikan munggut di sekitar sungai Bengawan Solo. Objek buruan beragam, mulai dari lobster, bader, keting, hingga bandeng.
Para peserta akan menunggu air menjadi keruh sehingga ikan akan mabuk lalu naik ke permukaan. Kegiatan mengasyikan tersebut sempat terhenti terutama di masa awal pandemi.
Dengan kondisi pandemi mulai melandai, masyarakat Lamongan khususnya beraharap agar bisa mengadakan Kumbohon pada Ramadan tahun ini.
3. Balap perahu layar

Tradisi ngabuburit satu ini biasa ditemukan di wilayah Kota Surabaya. Masyarakat setempat biasanya mengisi kegiatan menunggu waktu berbuka puasa dengan balap perahu layar berukuran mini di sekitar Pantai Kenjeran.
Uniknya, perahu layar mini biasanya dihiasi dengan berbagai warna, motif, hingga gambar untuk membuat perahunya lebih mencolok bahkan satu sama lain saling bersaing agar perahu lebih meriah.
Baca juga:
5 Tempat Ngabuburit Local Pride Warga +62 Paling Bikin Kangen
4. Bermain layangan hias

Kebiasaan ngabuburit dengan bermain layangan umum ditemukan di beberapa tempat di Indonesia. Namun, masyarakat Majalengka biasanya bermain layangan hias bersama teman-teman, keluarga, bahkan warga lainnya saat bulan Ramadan.
Tradisi tersebut telah turun-temurun dilakukan di Majalengka dan masih terus terjaga hingga kini meski sempat sepi pemain saat masa awal pandemi.
5. Ngabuburide

Kegiatan ngabuburit satu ini merupakan khas kaum urban atau masyarakat perkotaan. Mereka biasa membuat plesetan istilah ngabuburit jadi ngabuburide.
Sebetulnya, kegiatan ngabuburide intinya menunggang sepeda motor, mobil, atau sepeda sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Mereka biasanya akan berkeliling kota bersama teman-teman dan komunitas sembari mencari tempat berbuka puasa atau berburu takjil.
Berbagai tempat dikunjungi lumrahnya, seperti alun-alun kota, pusat tempat makan, warung-warung tenda, tempat-tempat ikonik di kota, dan lainnya. (waf)
Baca juga:
Ngabuburit di Pinggir Bandara, Sederhana Tapi Bahagia