PREDATOR seks bisa hadir di mana-mana dan semua orang pun bisa menjadi korban. Bahkan aktris ternama Gwyneth Paltrow, Uma Thurman, dan Salma Hayek pun pernah menjadi korban pelecehan dan degradasi seksual oleh Harvey Weinstein, salah satu produser ternama di Hollywood.
Cara Delevigne, sang model ternama AS pun mengaku merasa terintimidasi dan takut ketika berada di depan Weinstein.
View this post on Instagram
Jika orang-orang kalangan atas yang dianggap profesional saja bisa menjadi predator seksual, apalagi orang-orang biasa yang kita temui setiap hari.
"Aku telah menasihati banyak perempuan yang mengalami trauma seksual. Mereka telah terluka secara emosional, kehilangan identitas, dan hidup dengan pengalaman buruk itu setiap hari," jelas Adamson.
Dalam banyak kasus, para korban pun tidak dipercaya, sehingga membuat mereka tambah stres. Terkadang, keluarga korban juga abusive sehingga rasa self-worth mereka sangat rendah dan mereka merasa bahwa perlakuan buruk ini wajar diterima oleh mereka.

Untuk melindungi diri, tidak ada salahnya bagi kita untuk mempelajari beberapa ciri-ciri predator seksual. Dilansir dari Healthista, berikut merupakan beberapa tanda dari predator seksual yang harus kamu perhatikan.
"Pertama, mereka menyukai kekuasaan dan suka memegang kendali", ungkap terapis Leonie Adamson yang telah berpengalaman sepuluh tahun dalam menjalani praktik klinis khusus pelecehan seksual. Jadi, biasanya mereka akan menunjukkan dirinya sebagai orang yang memiliki kekuasaan, keren, bahkan suka mengaku sebagai 'orang penting' di masyarakat.
Menariknya, mereka tidak terlihat aneh atau janggal di mata masyarakat. Mungkin ada orang yang menganggap mereka menyeramkan atau bejat, tetapi para pelaku cukup lihai sehingga membuat orang-orang ini tidak memiliki bukti yang substantif dan nyata.
Baca juga:
Jangan Tertipu, Begini Cara Mengetahui Niat Seseorang di Aplikasi Kencan Online!
Adamson menambahkan bahwa beberapa predator seks biasanya paham betul mengenai kemampuan dan kekuasaan mereka, sehingga para selebriti yang bercerita tentang Harvey Weinstein pun tidak begitu berani dan mau untuk bercerita karena takut akan dampak yang mungkin ditimbulkan.

Kedua, biasanya para predator seks suka memberi perhatian pada tahap pendekatan atau tahap awal. Kamu akan mendapatkan banyak panggilan dan pesan yang mungkin akan membuat kamu senang atau merasa dibutuhkan dan dicintai. Memang, tidak semua orang yang perhatian adalah predator seksual. Meski begitu, ini adalah cara pelaku untuk membangun proses ketergantungan pada korban.

Menurut Adamson, mereka seolah-olah ingin menjadi orang yang tepat bagi korban, ksatria berbaju zirah yang menolong korban ketika ada dalam masalah, dan pastinya menjadi orang yang tidak akan menyakiti korban. Pelaku akan memanfaatkan kesetiaan dan kerentanan seseorang.
Bahasa yang digunakan pun biasanya manipulatif. Perlahan-lahan, kamu akan merasakan elemen gaslighting. Para predator bisa mengejek pakaian, teman-teman, atau bentuk tubuh korban yang dianggap tidak sesuai dengan ekspektasinya. Jadi setelah disayang-sayang pada tahap awal, para predator ini bisa tiba-tiba memutarbalikkan fakta dan membuat seolah-olah korban yang selalu salah dan pantas disakiti.
Baca juga:
Waspada Gaslighting, Taktik manipulatif untuk Memutarbalikkan Fakta
Pelaku pun seringkali merasa bahwa dia adalah korban. Dia jarang bertanggung jawab dan selalu merasa paling benar. Tindakan ini serupa dengan narsissistik, walau tidak semua narsissistik adalah predator seksual.

Bahkan, pelaku suka menggunakan rasa ketidakamanan (insecurity) dari sang korban untuk jadi bahan ejekan. Dia bisa memberikan komentar seksual atau fisik untuk menyakiti dan membuat sang korban merasa makin rendah.
Para predator seks pun biasanya tidak menghormati batasan seksual dari korban. Walau kamu merasa tidak nyaman, dia akan tetap melewati batasan-batasan sesuai keinginannya. Bahkan, mereka bisa jadi merekam hubungan seksual yang nantinya bisa digunakan untuk mengancam korban.
Jika kamu sedang berhubungan dengan orang yang merupakan predator seks, jangan pernah berhenti untuk speak up. Dapatkan dukungan dari orang-orang terdekat yang kamu percaya dan selalu siapkan rencana untuk menghadapi pelaku. (SHN)
Baca juga: