SEBERAPA sering pasangan berteriak ketika marah? Hal ini mungkin akan membuat kamu jengkel apabila tidak sabar. Namun, ada beberapa cara bisa kamu lakukan untuk menghadapi pasangan seperti ini.
"Berdasarkan pekerjaan baru di bidang emosi dan komunikasi, kondisi itu (marah sambil berteriak) ada obatnya," ujar Professor Emerita dari Psychological and Brain Sciences Susan Krauss Whitbourne, PhD di University of Massachusetts Amherst, AS.
Baca Juga:
Tempat Romantis di Tepi Laut Eropa untuk Pasangan dengan Couple Goals
Dalam makalah Stan Amaladas (2022) yang baru-baru ini diterbitkan oleh Baker College, AS ada sebuah kiat untuk kamu lakukan agar memahami teriakan yang disampaikan oleh pasangan. Kuncinya satu, yaitu mendengarkan segala keluhannya.

"Dikatakan, teriakan dalam kerangka naratif-interpretatif dengan berorientasi pada jeritan sebagai sebuah cerita merupakan cara mendengarkan dan memahami ancaman dan makna di baliknya," ujar Whitbourne dalam artikelnya di Psychology Today (15/10).
Dengan kata lain, kamu perlu mencari tahu apa yang coba dikatakan pasangan dengan berteriak. Dari perspektif ini, Amaldas memaparkan prinsip Ethical Listening for Understanding Principles (ELUP). Prinsip ini dapat membantu kamu mengatasi gangguan dan tekanan pribadi yang dirasakan ketika pasangan berteriak.
Untuk menghadapi pasangan berteriak, terapkan dua langkah ini: 1) Tetap diam, mendengarkan sepenuhnya membutuhkan keheningan; 2) Anggap teriakan sebagai pertanyaan yang patut kita perhatikan. Seseorang berteriak karena mereka merasa tidak didengar.
Baca Juga:
'Would You?', Lukisan Romantis dengan Augmented Reality Hadir di Bridestory Market 2022
Menanyakan pada diri sendiri apa yang pasangan rasakan tidak dapat membantu kamu memahami jeritannya, terutama jika mereka cenderung berteriak dalam keadaan tertentu. Biarkan ia bercerita kepadamu. "Ketika kamu berada dalam situasi dengan seseorang yang berteriak, jelas kamu tidak akan dapat menghentikan semuanya pada saat itu dan meminta mereka untuk menceritakan sebuah kisah," ujarnya.
"Selain itu, pekerjaan eksperimental tentang bagaimana orang menilai emosi dari intensitas vokal (yaitu kenyaringan) dapat memberikan sudut pandang lain dalam mencari tahu bagaimana menangani pasangan yang suka berteriak," tambahnya.

Menurutnya, penyebab pasangan berteriak mungkin karena pasanganmu takut, marah, atau frustrasi karena merasa tidak didengar. "Jika kamu melihat pasangan berteriak dalam keadaan yang sangat mirip dari hari ke hari, kamu juga dapat melakukan lebih dari sekadar mendengarkan," ujarnya.
Singkatnya, komunikasi emosi yang ideal terjadi ketika kedua pasangan mendengarkan dan kedua pasangan merasa didengarkan. (aru)
Baca Juga: