Parenting

Cara Melatih Anak Agar Dapat Mengambil Keputusan Sendiri

Andrew FrancoisAndrew Francois - Kamis, 27 Oktober 2022
Cara Melatih Anak Agar Dapat Mengambil Keputusan Sendiri
Biasakan berbelanja bersama anak. (Foto: Pexels/Gustavo Fring)

ANAK-anak tak selamanya hidup dalam bayang-bayang orangtua. Ada saatnya mereka masuk fase pengambilan keputusan sendiri. Setelah dibantu menentukan pilihan, mereka kelak sesekali akan memilih sendiri hal-hal apa saja yang menurut mereka baik untuk mereka.

Untuk sampai ke fase itu, orangtua perlu melakukan sejumlah pelatihan yang kreatif kepada anak. Ini penting untuk tumbuh kembang anak. Cara yang termudah bisa dimulai dengan melatih anak berbelanja.

Berbelanja bisa menjadi salah satu cara untuk merangsang atau melatih kognitif anak. Salah satunya dalam hal pengambilan keputusan. Demikian kata Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog.

"Anak-anak diminta berbelanja sesuai dengan aturan yang diberikan. Perbedaannya makin dewasa, jenis aturannya berbeda dan mungkin jumlah belanjanya kita bedakan," terang pendiri dan direktur Personal Growth Counseling & Development Center itu seperti dikutip Antara, Rabu (27/10).

Menurut Ratih, dengan cara demikian, orangtua bisa mengukur perkembangan kognitif anak dan melihat apa yang bisa dibantu untuk meningkatkan stimulasi kognitif pada anak. Namun, ada cara lain pula yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu pertumbuhan kemampuan kognitif anak.

Baca juga:

Maksimalkan Periode Winning Window untuk Kembangkan Kemampuan Motorik dan Kognitif Anak

Biarkan anak memilih sendiri barang belanjaannya. (Foto: Pexels/Anna Pou)

Salah satunya, ialah dengan melatih sekaligus menstimulasi berdasarkan delapan parameter perkembangan kognitif. Misalnya, bermain puzzle untuk anak berumur satu hingga dua tahun. Ratih mengungkapkan, puzzle bisa melatih perhatian, fokus, psikomotor, logika, dan penalaran buah hati.

Orangtua bisa meminta anak menyusun puzzle dengan menggunakan gambar yang familiar. Tentu berbeda jenis, tingkat kesulitan, hingga jumlah kepingan puzzle tergantung pada usia anak. Namun, tujuan utamanya adalah memberikan pelatihan dan stimulasi kognitif pada anak.

Selain itu, orangtua juga dapat mengajak anak menyusun balok atau lego. Kegiatan itu memang tampak sederhana, tapi jadi salah satu bentuk latihan untuk mengoptimalkan kognitif anak.

Baca juga:

Anak Tumbuh di Lingkungan Hijau Punya IQ Lebih Tinggi?

Puzzle bantu latih kemampuan kognitif anak. (Foto: Pexels/Ksenia Chernaya)

Ratih menyebutkan, ada delapan parameter dalam mengukur perkembangan kognitif: perhatian, fokus, daya ingat, kemampuan berbahasa, psikomotor, logika, penalaran, dan pengambilan keputusan.

Pada tahap psikomotor, misalnya, yakni melalui gerak anak, orangtua bisa melihat bagaimana perkembangan kognitif mereka. Ini melibatkan gerakan otot besar seperti berjalan, berjinjit, dan berlari.

Sementara gerakan motorik halus melibatkan jari-jari tangan, seperti bagaimana dia memegang alat tulis, mengambil makanan, dan memasukannya ke dalam mulut.

"Anak-anak juga bisa kita lihat bagaimana cara dia berlogika, berpikir, melakukan penilaian yang tepat. Sejak usia dini, bisa kita lihat observasi dan latihkan pada anak-anak. Kita bisa ajak anak mulai mengambil keputusan atas dasar kemampuan diri sendiri, seperti mau makan nasi atau bubur," tukasnya. (waf)

Baca juga:

Pentingnya Mencukupi Asupan Nutrisi untuk Kecerdasan Otak Anak

#Parenting #Ilmu Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.
Bagikan