Cantiknya, inilah 4 Mahkota Pengantin Khas Indonesia

Dwi AstariniDwi Astarini - Selasa, 08 Oktober 2019
Cantiknya, inilah 4 Mahkota Pengantin Khas Indonesia
Pengantin perempuan Indonesia punya mahkota yang cantik. (foto: pexels/bestbe models)

PENGANTIN perempuan Indonesia punya tampilan cantik di semua daerah. Kain adat berpadu dengan riasan cantik membuat mereka terlihat anggun. Yang paling menarik ialah hiasan kepala yang dikenakan.

Hiasan yang digunakan para pengantin biasanya menggambarkan kebudayaan daerah masing-masing. Khusus untuk makhota, ada makna yang sangat sakral di sebagian daerah. Tak hanya hanya sebagai pemanis riasan rambut, mahkota sangat penting bagi pengantin di beberapa suku Indonesia.

BACA JUGA: Rencana Menikah di Bali? Ini 5 Wedding Venue yang Ciamik

Berikut Merahputih.com rangkum 4 mahkota pengantin khas Indonesia yang memiliki makna dan arti tersendiri.

1. Paes Ageng, Solo dan Yogyakarta

paes ageng solo
Paes ageng Solo dan Yogyakarta punya perbedaan. (foto: Instagram @redberrywedding)


Istilah Paes Ageng mengacu pada riasan pengantin perempuan suku Jawa. Ada dua macam paes ageng, yakni khas Solo dan Yogyakarta. Meski namanya serupa, mahkota yang dikenakan putri Solo dan Yogyakarta memiliki perbedaan.

Salah satunya perbedaannya ialah pada bentuk pola mahkota. Seperti dijelaskan laman Indonesia.go.id, perbedaan paes ageng Solo dan Yogyakarta terlihat dari bentuk pola rias atau cengkorongan paes. Mulai dari bentuk penunggul atau gajahan, pengapit, penitis, dan godheg.

Paes ageng Yogyakarta meliputi sanggul pandan, cunduk mentul yang lebih sedikit, gundulan. Hiasan kepala itu memiliki berat mencapai 1,5 kilogram. Di lan hal, paes ageng Solo memakai sunggar atau biasa dikenal sasakan rambut yang melebar di bagian dahi dan sanggul bokor mengkurep. Terbuat dari daun pandan, hiasan rambut dalam paes ageng Solo memiliki berat 2,5 kilogram.

2. Siangko, Betawi

siangko
Siangko khas Betwai dengan cadar. (foto: pinterest/ayu arumsari)


Hiasan kepala pengantin Betawi dikenal dengan nama siangko. Mahkota yang biasa dikenakan oleh pengantin prempuan Betawi ini dilengkapi dengan cadar. Dua pasang burung hong disisipkan di sisi kiri dan kanan siangko.

Selain itu, ada beberapa aksesori yang melengkapi Siangko, yakni kembang kelapa, kembang goyang, dan kembang rumput dengan jumlah yang berbeda-beda. Semua aksesori tersebut disematkan di atas sanggul buatun, sanggul khas pengantin Betawi. Bentuk sanggulnya membulat digulung ke atas seperti stupa. Sebagai pemanis tampilan, roncean melati pun disusun cantik menghiasi sanggul.

3. Tanduk kerbau, Sumatra Utara

bulang
Pengantin Mandailing menggunakan bulang. (foto: pinterest/thebridedept.com)

Sumatra Utara punya beragam suku. Salah satunya suku Mandailing. Pengantin perempuan suku Mandailing tampil cantik dengan mahkota bernama bulang yang berbentuk tanduk kerbau.

Mahkota ini punya lima hingga tujuh lapis emas murni. Jumlah lapisan disesuaikan dengan status sosial mempelai perempuan.

Beratnya mahkota bulang ini bermakna kesanggupan sang pengantin untuk mengemban tanggung jawab sebagai istri.

4. Payas Agung, Bali

payas agung
Payas agung pengantin Bali. (foto: Instagram @candrapaiyee)


Pengantin perempuan Bali mengenakan serangkaian payas (rias) agung saat hari pernikahan. Prosesi pernikahan di Bali bisa berlangsung beberapa hari. Namun, payas agung biasanya dikenakan di hari puncak acara. Dulunya, hanya putri kerajaan yang memakai rias ini. Kini, payas agung sudah umum digunakan.

Selain didandani dengan kain prada dan songket Bali yang berkilau, pengantin perempuan Bali juga menggunakan hias kepala yang menjulang tinggi berbentuk segitiga. Rambut pengantin terlebih dahulu digelung ke atas lalu dihias dengan berbagai jenis bunga emas. Di bagian atas dahi dipasang petitis dan sepasang tajug emas. Setelah itu, bunga-bunga emas semanggi, mawar, hingga kantil disusun di kepala.

Semua bunga emas itu disusun hingga membentuk piramida menjulang. Di bagian belakang, ditambahkan bunga-bunga wangi seperti kantil dan kenanga.(Dys)

BACA JUGA: Batik Pesisir, Jejak Empat Kebudayaan dalam Satu Kain

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan