TAHUN baru saatnya memulai kembali segala misi, melakukan perubahan, peningkatan, dan perkembangan diri ke arah yang lebih baik. Tahun 2023, jadi saatnya generasi muda kembali menyalakan ambisi, melancarkan segala rencana yang sempat tertunda karena pandemi pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, yang unik pada tahun ini, ambisi yang berbeda nampaknya memuncaki daftar resolusi kalangan muda. Bila dahulu generasi muda cenderung ingin mengejar harta, prestasi, takhta, pencapaian, kini mereka lebih banyak menginginkan peningkatan kesehatan mental.
Baca Juga:
Milenial dan Gen Z Lebih Lemah dalam Menjalani Kehidupan, Mitos atau Fakta?

Menurut survei yang dilakukan Forbes Health/One Poll terhadap 1.005 orang dewasa di AS pada 18 November hingga 22 November lalu, 45% responden mencatat peningkatan kesehatan mental sebagai resolusi tahun baru teratas mereka, dibandingkan 39% yang mengatakan peningkatan kebahagiaan, 37% ingin menurunkan berat badan, dan 33% menyebutkan peningkatan pola makan.
Angka-angka tersebut naik lebih tinggi ketika melihat proporsi responden yang lebih muda yang memprioritaskan kesejahteraan mental mereka di tahun baru, setengah dari mereka berusia 18-25 tahun, dan 49% dari mereka yang berusia 26-41 disebutkan meningkatkan kesehatan mental sebagai resolusi utama.
Sementara, 33% dari usia 18-25 dan 30% dari usia 26-41 menyatakan bahwa pola makan yang lebih baik menjadi tujuan utama mereka di tahun ini. Temuan survei menunjukkan adanya pergeseran budaya dalam apa yang orang Amerika hargai dalam hal kesehatan, dan menolak gagasan bahwa kesehatan diukur hanya dengan angka pada skala.
Temuan survei itu juga mencerminkan bahwa kesehatan mental global yang tengah berlangsung saat ini semakin memburuk. World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan pada Maret 2022 bahwa pada tahun pertama pandemi Covid-19, prevalensi kecemasan dan depresi global melonjak sebesar 25%.
Kaum muda, khususnya, lebih berisiko. Meta-analisis tahun 2021 di JAMA Pediatrics menemukan bahwa perkiraan yang diperoleh selama tahun pertama pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa satu dari empat remaja secara global mengalami gejala depresi yang meningkat secara klinis, dan satu dari lima mengalami gejala kecemasan.
Baca juga:
Buat GeN Z, Bisa Jadi ini Cake Ultah yang Cocok

Psikolog klinis lulusan Harvard, profesor, peneliti, sekaligus anggota Dewan Penasihat Kesehatan Forbes Sabrina Romanoff, Psy.D., mengatakan bahwa, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental telah meningkat drastis di kalangan generasi muda.
"Hal ini mungkin karena kombinasi paparan yang diperkuat, belajar tentang pengalaman orang lain melalui berbagai outlet. Misalnya, platform media sosial, video, blog, artikel, telah menciptakan lebih banyak sumber daya untuk mendiskusikan pengalaman," kata Romanoff.
Beberapa tahun terakhir juga terlihat terjadi peningkatan selebritas dan atlet yang menormalkan percakapan seputar kesehatan mental. Mulai dari bintang tenis Naomi Osaka yang mengundurkan diri dari French Open 2021 karena masalah kesehatan mental, hingga bintang pop Selena Gomez yang bicara terbuka soal perjuangannya melawan gangguan bipolar.
"Kaum muda khususnya dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk berkomunikasi dengan orang lain yang mungkin mengalami keadaan serupa. Hal ini tidak hanya menciptakan rasa kebersamaan, tetapi juga dapat memberikan solusi umum untuk masalah yang dihadapi banyak orang," tukas Romanoff. (waf)
Baca juga:
Pentingnya Self-Esteem untuk Kesehatan Mental