BRIN Bakal Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Bekas
 Soffi Amira - Jumat, 26 Januari 2024
Soffi Amira - Jumat, 26 Januari 2024 
                Seorang pengemudi menukar baterai motor listrik di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) Gambir, Jakarta, Selasa (2/1). Foto: ANTARA/Rina Nur Anggraini
MerahPutih.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), akan mengembangkan metode daur ulang baterai bekas. Program ini bertujuan untuk mengurangi masalah lingkungan akibat sampah baterai, yang mengandung logam berat, sehingga bisa membahayakan lingkungan dan kesehatan.
Peneliti Pusat Riset Sistem Nanoteknologi BRIN, Octia Flowerin menyampaikan, daur ulang baterai bekas umumnya dilakukan menggunakan metode pirometalurgi, hidrometalurgi, dan daur ulang langsung.
Baca juga: Beda Greenflation dengan Greedflation dan Salah Kaprah Demo Rompi Kuning
Pirometalurgi merupakan metode daur ulang baterai bekas dengan cara memanaskan baterai bekas dalam suhu tinggi. Metode ini menghasilkan logam murni, tetapi membutuhkan energi yang besar.
Lalu, metode hidrometalurgi yang dilakukan dengan cara melarutkan logam dari baterai bekas menggunakan larutan kimia, yang bisa menghasilkan logam murni dengan energi yang lebih rendah dibanding pirometalurgi.
Sementara itu, metode daur ulang secara langsung dilakukan dengan cara mengubah baterai bekas menjadi katoda baterai baru. Metode ini juga memiliki kebutuhan energi paling rendah, tetapi hanya bisa dilakukan pada baterai jenis tertentu.
Baca juga: Kemendag Musnahkan Pakaian dan Alas Kaki Bekas Impor Senilai Rp 174,8 Miliar di 2023
 
Anggota peneliti dalam Kelompok Riset Material Fungsional Dimensi Rendah, Octa beserta timnya, mengembangkan metode daur ulang baterai bekas menggunakan hidrometalurgi dan penelitian asam askorbat.
"Metode ini menghasilkan logam murni dengan efisiensi yang tinggi dan energi yang rendah," kata Octia.
Upaya pengembangan metode daur ulang baterai bekas ini bekerja sama dengan Osaka University, Kumamoto University, Ming Chi University of Technology di Taiwan, Institut Teknologi Bandung, hingga UPSI Malaysia.
Octia pun berharap, penelitian itu bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada industri pertambangan. (*)
Baca juga: Cinta Bumi lewat Daur Ulang di Langkah Membumi Festival
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
Air Hujan di Jakarta Terkontaminasi Mikroplastik, BRIN: Bisa Sebabkan Iritasi hingga Peradangan
 
                      Alasan Prahara Banyak Startup Bangkrut & Gagal Versi BRIN
 
                      Mikroplastik Hujani Jakarta, Pemprov DKI Sebut Sebagai 'Alarm' Lingkungan yang Perlu Segera Direspons
 
                      BRIN Ungkap Alasan Air Hujan Jakarta Bisa Mengandung Mikroplastik
 
                      2 Pemuda Lumajang Berhasil Olah Limbah MBG Jadi Produk Ramah Lingkungan, Buka Lapangan Kerja Baru
 
                      Eco Paws, Kampanye Kreatif untuk Masa Depan Lebih Baik
 
                      Profesor BRIN Perkirakan Ukuran Meteor Cirebon 3-5 Meter, Pastikan Tidak Berbahaya
 
                      Pastikan Bukan Fenomena Hujan Meteor, BRIN Imbau Warga Cirebon Tidak Perlu Panik
 
                      BRIN Pastikan Meteor yang Lewati Cirebon Jatuh di Laut Jawa
 
                      Kronologis Tewasnya Pekerja Lepas BRIN di Lokasi Penelitian Sesar Aktif Demak
 
                      




