BNPT: Pelaku Teror Manfaatkan Internet Sebarkan Propaganda Radikalisme

Luhung SaptoLuhung Sapto - Kamis, 19 Oktober 2017
BNPT: Pelaku Teror Manfaatkan Internet Sebarkan Propaganda Radikalisme
Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir. (Dok BNPT)

MerahPutih.com - Paham radikalisme menyasar kaum muda dan penggiat dunia maya dengan memanfaatkan jejaring sosial dan media. Para teroris melakukan indoktrinasi, rekrutmen, hingga pembaiatan melalui website dan media sosial.

Salah bukti pola itu adalah pelaku yang siap melakukan aksi bom bunuh diri di Istana Negara yang tertangkap di daerah Bintara, Bekasi. Perempuan pelaku itu dibaiat melalui online.

Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menuturkan para pelaku teroris melakukan propaganda melalui media sosial dan internet didorong pesatnya kemajuan informasi dan teknologi komunikasi.

Rahman mengutip ucapan salah satu pimpinan Al Qaeda, Aiman Aljawahir. Dikatakan, separuh lebih peperangan itu terjadi melalui media. Sementara juru bicara Al Qaeda, Al Adnani, mengungkapkan daripada merekrut dan membawa anggota baru ke Afganistan, akan lebih mudah dan berharga, bila memindahkan pusat pelatihan ke setiap rumah, dan setiap desa perkampungan muslim di berbagai negara

“Dulu terorisme melakukan rekrutmen dengan melalui hubungan kekeluargaan, pertemanan, ketokohan, dan lembaga keagamaan. Jadi mulai merekrut sampai pembaitan, mereka harus tatap muka untuk melakukan indoktrinasi, rekrutmen, pembaiatan. Sekarang beda, terorisme sudah menggunakan website, medsos, social messenger,” jelas mantan Danrem 074/Warastratama Solo ini pada ‘Public Lecture Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Aula Sabang Merauke Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Rabu (18/10).

Ia menambahkan, para pelaku terorisme sudah sangat pintar. Mereka sudah membaca jauh-jauh hari pentingnya media dan dunia maya. Pola propaganda kelompok radikal itu mengalami pergeseran dari cara-cara konvensial ke dunia maya.

"Dunia maya mudah diakses, tidak ada kontrol, regulasi, dan aturan. Audien luas bahkan bisa anonim, langsung komunikasi, murah, multimedia, kemudian kalau kita lihat internet sudah jadi sumber pemberitaan dan kebutuhan kita," ujarnya. (*)

#Radikalisme #Propaganda
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan