MerahPutih.com - Guncangan kuat akibat gempa dirasakan warga Mauluku Barat Daya, pada Kamis (30/12) pukul 01.25 WIB atau 03.25 waktu setempat. Gempa bumi dengan magnitudo (M) 7,4 berpusat di 45 km barat laut Maluku Barat Daya, dengan kedalaman 210 km.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari meminta, masyarakat diimbau untuk tetap waspada.
Baca Juga:
BNPB Catat 7,5 Juta Menderita Akibat Bencana Alam, Kemensos Siapkan Lumbung Sosial
Abdul menambahkan BPBD Kabupaten Maluku Barat Daya melaporkan warganya merasakan guncangan kuat sekitar tiga detik. Guncangan mengakibatkan warga panik hingga ke luar rumah Pihak BPBD masih melakukan pemantauan dampak dan situasi pascagempa.
"Berdasarkan pemodelan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tidak memicu terjadinya tsunami," jelasnya.
Pasca gempa M7,4, gempa susulan dengan magnitudo di atas 5,0 terjadi pada 03.32 WIB atau 05.32 waktu setempat.
"BMKG mencatat gempa M5,1 yang berpusat pada 36 kilometer barat laut MBD dengan kedalaman 170 kilometer," paparnya.
Abdul menyebut berdasarkan analisis inaRISK, Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan wilayah berada pada potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 17 kecamatan yang berada di kawasan kepulauan yang teridentifikasi pada potensi bahaya tersebut.
"Kabupaten tersebut juga memiliki potensi bahaya tsunami kategori sedang hingga tinggi di sejumlah wilayah kecamatan yang sama," pungkasnya.
Pantuan BMKG mencatat kekuatan gempa yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) menunjukkan Takur V-VI MMI, Tepa IV-V MMI, Saumlaki IV MMI, Tual dan Rote III MMI serta Sabu, Raja Ampat, Kota Sorong II MMI.
Parameter VI MMI mendeskripsikan getaran dirasakan semua penduduk dan kebanyakan semua terkejut serta lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan. BMKG sendiri mencatat terdapat 11 kali gempa susulan pasca-lindu dengan Magnitudo 7,4.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan bahwa sumber gempa berada di kawasan tektonik dan seismik aktif yang merupakan zona transisi kerak Eurasia dan Australia.
Ia mengatakan, jenis gempa ini tergolong gempa menengah intermediate depth. Hal itu terjadi disebabkan adanya deformasi batuan dalam lempeng tektonik yang tersubduksi.

"Sehingga gempa ini kita sebut sebagai 'intraplate earthquake'," kata dia.
Daryono menjelaskan, gempa ini dirasakan kuat di beberapa wilayah. Seperti di Tepa, Saumlaki, Tual, Kupang, Alor, Rote, Malaka, Atambua dan Sumba. Bahkan, guncangan terjauh dari gempa ini dirasakan hingga di Kota Sorong, Papua Barat.
Ia memastikan, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Gempa itu memiliki hiposenternya yang relatif dalam berada di kedalaman menengah dengan 183 km. Sehingga deformasi batuan yang terjadi tidak sampai mengganggu kolom air laut.
"Gempa ini tidak berpotensi tsunami dan hingga saat ini belum ada laporan adanya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa yang terjadi," katanya. (Knu)
Baca Juga:
Hingga November 2021, Indonesia Dilanda 2.552 Bencana Alam