PERALIHAN industri otomotif ke elektrifikasi dari berbagai pabrikan bertujuan utama mengurangi emisi CO2. Ini mencakup segala cara yang memungkinkan untuk mencapainya, termasuk logistik, seperti yang dilakukan BMW Group.
Seperti diungkapkan Motor1, Kamis (20/4), BMW ingin memimpin dalam hal logistik transportasi yang berkelanjutan dengan menggunakan truk pengantaran yang berbahan bakar minyak goreng.
Truk itu memang tidak beroperasi di Indonesia, tapi bukan tidak mungkin teknologinya bisa diadaptasi di sini.
Produsen mobil asal Jerman itu telah bermitra dengan penyedia logistik Guggemos (GV Trucknet) dan DB Schenker untuk mengoperasikan armada 10 truk.
Semuanya menggunakan bahan bakar diesel HVO100, bahan bakar terbarukan yang terbuat dari produk limbah, residu, dan bahan mentah terbarukan, termasuk minyak jelantah.
Baca juga:
Kisah Sang Legenda BMW E30, Catatan Si Boy dan Andre Taulany

HVO100 menghasilkan CO2 hingga 90 persen lebih sedikit dibandingkan dengan diesel fosil. Truk-truk ini diharapkan dapat menghasilkan lebih dari 800 ton CO2 lebih sedikit per tahun dibandingkan dengan diesel konvensional.
Proyek percontohan HVO100 merupakan bagian dari Strategi Logistik Transportasi Hijau BMW Group dan transformasinya menjadi BMW iFactory dengan pendekatan "ramping, hijau, digital".
Penggunaan HVO100 dalam logistik merupakan komponen berharga dari tujuan keberlanjutan perusahaan. Ini termasuk teknologi berkelanjutan yang sedang dijajaki BMW untuk mengurangi jejak karbonnya.
Salah satu keunggulan utama HVO100 adalah tidak memerlukan modifikasi pada kendaraan atau mesin untuk dapat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
HVO dapat digunakan murni atau dicampur dengan bahan bakar fosil dalam rasio berapa pun. Juga dapat dipasok melalui infrastruktur stasiun bahan bakar yang ada.
Baca juga:
Mengintip Spesifikasi BMW M3 Touring Terbaru

Mitra BMW dalam proyek ini adalah perusahaan Finlandia, Neste, yang memproduksi diesel HVO berdasarkan teknologi NEXBTL yang telah dipatenkan dan diproduksi murni dari bahan baku yang dapat diperbaharui.
BMW sedang mengevaluasi aspek-aspek seperti konsumsi bahan bakar dengan beban yang berbeda, pada kelajuan yang berbeda, dalam berbagai kondisi cuaca, dan dalam jarak yang lebih pendek.
Pengujian itu untuk menentukan teknologi penggerak dan bahan bakar apa yang paling cocok untuk konteks tertentu.
"Kami terus mengurangi jejak karbon dari transportasi dan rantai pasokan kami melalui berbagai langkah," tutur Kepala Jaringan Produksi dan Logistik BMW Group Michael Nikolaides. (waf)
Baca juga:
BMW X7 2023 Sudah Meluncur, Tampilannya Lebih Gahar