MerahPutih.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memetakan wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, paling rawan terhadap gempa bumi berpotensi tsunami jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia.
"Cilacap ini ibaratnya suatu wilayah yang kotanya langsung berada di pantai," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam kunjungan kerja ke Cilacap, Jawa Tengah.
Baca Juga
BMKG Ingatkan Tak Perlu Panik Adanya Ancaman Gempa Besar di Selatan Jawa
Saat itu, Dwikorita tengah mengikuti kegiatan penyusuran jalur evakuasi dalam rangkaian peluncuran sistem peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio dan aplikasi Sirita (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert).

Dwikorita juga menekankan fungsi vital Cilacap bagi aset nasional. Jika terjadi sesuatu hal terhadap objek vital yang ada di Cilacap tersebut, kata dia, nasional akan lumpuh sehingga hal itu harus diamankan. "Aset nasional ada di Cilacap, ada Pertamina, ada PLTU, dan sebagainya, itu infrastruktur yang vital," imbuh dia, dilansir dari Antara, Selasa (5/10).
Oleh karena itu, kata Dwikorita, kegiatan penyusuran jalur evakuasi bencana tsunami tersebut juga melibatkan berbagai pihak seperti Pertamina, PT Solusi Bangun Indonesia (Semen Indonesia Group), PLTU, dan sebagainya. "Jadi, kita kerja bareng. Peringatan dini atau mitigasi bencana itu akan sia-sia kalau kita kerja sendiri-sendiri," katanya.
Terkait dengan keberadaan jalur pipa dalam tanah milik Pertamina yang menjadi bagian jalur evakuasi bencana tsunami, dia mengatakan demi keamanan, pihaknya menyarankan jalur tersebut lebih baik tidak dijadikan sebagai jalur evakuasi jika ada pilihan lain.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak buruk dari ancaman gempa megathrust berkekuatan lebih dari 8 Skala Richter yang berpotensi terjadi di selatan Jawa. "Jadi daripada gambling, nyawa jangan untuk gambling, tutup saja. Kan masih banyak jalur yang lain," katanya menegaskan.

Terkait dengan keberadaan sirine peringatan dini bencana tsunami (early warning system/EWS), Dwikorita mengaku pernah mendapatkan data jika Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memasang ratusan sirine di berbagai wilayah Indonesia yang selanjutnya dihibahkan ke pemerintah daerah.
"Itu kami data, EWS yang sudah tidak berfungsi, itu puluhan, mungkin hampir 100 atau bahkan lebih, kenapa? Life time-nya sudah habis, dipasang sudah 10 tahun yang lalu dan biaya pemeliharaannya mahal, apalagi di Cilacap ini kan (kena) korosi," papar dia.
Namun, Dwikorita menjamin sudah menyiapkan solusi alternatif. "Alternatif lain berupa sistem informasi peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio dan aplikasi Sirita berbasis Android," tutup orang nomor satu di BMKG itu. (*)
Baca Juga
BMKG Ingatkan Adanya Potensi Gempa M 8,7 dan Tsunami di Jawa Timur