Bikin Adem, Status Bante Karma Terkait Penurunan Patung Buddha di Tanjung Balai Jadi Viral

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Sabtu, 29 Oktober 2016
Bikin Adem, Status Bante Karma Terkait Penurunan Patung Buddha di Tanjung Balai Jadi Viral
Vihara Tri Ratna di Tanjung Balai, Sumatera Utara. (Foto Facebook)

MerahPutih Berita Tekno - Patung Buddha Amitabha yang terdapat di Vihara Tri Ratna diturunkan. Penurunan patung setinggi 6 meter di tempat ibadah umat Buddha yang terletak di jalan Asahan Tanjung Balai, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara menjadi pusat perhatian. 

Patung yang diresmikan sejak tanggal 8 November 2009 telah diturunkan di Bulan Oktober 2016. Hal ini menimbulkan pertanyaan orang-orang. 

Terkait hal itu, seorang Bante menulis status di Facebook. Statusnya itu menimbulkan rasa damai dan menjadi viral di sosial media. Simak statusnya berikut ini:

Beberapa umat Buddha bertanya kepada saya ketika melihat patung Buddha yg terletak di lantai atas sebuah wihara di kota tanjung balai, asahan, sumatera utara diturunkan: "Lama, kenapa rupang(arca/patung) di wihara diturunkan"? Saya jawab begini," tidak apa apa rupang Buddha turun, sing penting welas asihmu terhadap semua makhluk tidak ikut turun, semua makhluk hidup mendambakan kebahagiaan.

Apabila dengan turun nya patung Buddha bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka bukankah doa khas umat Buddha yaitu "semoga semua makhluk hidup berbahagia" menjadi kenyataan?" 

Status Bante Karma di Facebook tentang penurunan patung Buddha Amitabha di Vihara Tri Ratna, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara yang jadi viral. (Foto Facebook) 

Tak lama setelah status itu diposting langsung menuai banyak komentar dari netizen. Kebanyakan memberikan komentar positif karena status itu menyentuh perasaan dengan pesan perdamaian.

Seorang netizen, Dani Fabian Marthenia mengatakan patung hanya simbol atau pengingat. Dia bukanlah barang yang disakralkan.

"Salut. Ini lah sebenarnya beragama. Simbol cuma menjadi lambang atau pengingat saja. Tidak dijadikan barang yang sakral ataupun di tuhankan," tulis Dani.

Sedangkan Tjen Agustinus Chandra berpendapat kehadiran Tuhan dalam setiap diri manusia lebih penting. Apa artinya sebuah patung tanpa hadirnya iman di dalam hati.

"Apa artinya sebuah patung buatan tangan manusia sendiri jika tidak ada kasih Tuhan dalam diri kita masing2.patung adalah sebuah sarana saja.yg mengingatkan kita untuk tidak lupa bersyukur.apa artinya sebuah toak yg cuap2 doanya supaya didengar tetangga. tapi hatinya penuh iri dan dengki.? TUHAN BERKUASA ATAS SEMUA CIPTAANNYA," katanya. 

Penurunan patung ini bermula dari kesepakatan Wali Kota Tanjung Balai M Syahrial SH MH bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tanjung Balai, Ketua FKUB, Ketua MUI serta Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna untuk memindahkan Patung Budha Amitabha di lokasi yang telah ditentukan, Kamis (1/9). 

Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna di Tanjung Balai Pek Tjhong Li alias Akun, di dalam surat pernyataan, mengatakan penurunan patung dilakukan demi terciptanya suasana kondusif dan hubungan harmonis di antara umat beragama di Kota Tanjung Balai.

"Karena itu, dengan ini kami (Yayasan Vihara Tri Ratna) menyatakan bersedia memindahkan posisi patung Buddha Amitabha ke tempat yang telah disepakati," tulis Pek Tjhong.

Langkah ini disambut baik Wali kota Tanjung Balai. Untuk diketahui, Vihara Tri Ratna didirikan sejak tahun 2006 dengan luas bangunan 1.432 meter persegi yang terdiri dari 4 lantai. Vihara tersebut dibangun dengan IMB yang dikeluarkan oleh Walikota dengan No. 648/237/K/2006. Di atas lantai 4 Vihara tersebut didirikan Patung Buddha tersebut merupakan satu kesatuan dengan Vihara Tri Ratna. (Luh)

BACA JUGA:

  1. NU Nilai Kerusuhan di Tanjung Balai Akibat Kesenjangan Sosial
  2. Tujuh Orang Diamankan Terkait Kerusuhan di Tanjung Balai
  3. Konflik SARA di Tanjungbalai, Ini Daftar Vihara dan Kelenteng yang Diamuk Massa
  4. Joko Widodo Rayakan Hari Keluarga Nasional
  5. Ini Dua Pesan Jokowi Soal Natuna dalam Rapat di KRI Imam Bonjol
#Sumatera Utara #Vihara #Tanjung Balai
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan