MENIKMATI makanan kurang sedap jika hidung tersumbat. Apalagi jika sedang kehilangan atau berkurangnya indera penciuman seperti kebanyakkan kasus penderita COVID-19. Sebab, makan ternyata butuh dukungan indera penciuman.
Banyak orang keliru menganggap indera perasa berperan besar bagi penilaian seseorang terhadap makanan. Indera perasa, seturut Chandler Burr dalam The Emperor of Scent: A True Story Perfume and Obsession, sumbangannya tak terlampau besar menentukan rasa sebab hanya mampu merespon enam rangsangan berbeda, meliputi asam, asin, manis, kecut, gurih, dan kecut.
Baca juga:
Mengenal Operasi Hybrid, Tindakan Pengobatan untuk Kesehatan Jantung
Tak heran betapa banyak penderita COVID-19 merasa terganggu saat penciumannya tak berfungsi maksimal, salah satunya lantaran tak bisa menikmati makanan. Bahkan, bau tak sedap atau wewangian lainnya beraroma menyengat lebih kuat ketimbang aroma makanan terkadang membuat selera makan berkurang atau malah tak jadi bersantap.

Abad ke-8 di Perancis masa Kartel Martel (Charlemagne), ada peraturan khusus bagi perempuan saat makan satu meja dengan tamu lainnya. Perempuan dilarang menggunakan parfum menyengat karena akan merusak selera makan.
Larangan tersebut bukan bualan belaka sebab indera penciuman memang memainkan peran besar bahkan saat seseorang mengidentifikasi makanan. Jack Ward dari Popular Science Magazine membuat sebuah pengujian terhadap empat relawan mencicip dua potongan makanan, kentang dan apel, dengan mata dan hidung tertutup.
Baca Juga:
Keempat relawan ternyata tak bisa membedakan mana potongan kentang dan mana apel. Ketika mata masih tertutup namun hidup terbuka bebas untuk mencium, maka keempatnya dapat dengan mudah membedakan kentang dan apel.

Manusia dan tikus, menurut ahli biologi asal Fred Hutchinson Cancer Research Centre Dr. Linda Buck, memiliki 1.000 reseptor bau di hidung sehingga setiap aroma mengirim sinyal akan ditangkap reseptor lalu diteruskan ke saraf penciuman bagian otak untuk merespon wewangian, lantas akhirnya diidentifkasi.
“Indra penciuman, di sisi lain, memberi 90% dari rasa sehingga menjelaskan mengapa indra perasa kita berkurang ketika kebanyakan (makanan),” tulis Chandler Burr.
Indera penciuman, lanjutnya, dapat merespon rasa dan memberi sumbangan besar tentang kenikmatan saat makan karena aroma berisi ratusan molekul wewangian berbeda. Maka, jangan sekali-kali mengecilkan peran indera penciuman saat menyantap hidangan. Sedapnya makanan terkadang bisa diterka hanya dengan mencium aromanya. (*)
Baca Juga: