TRADISI kumpul keluarga di kampung halaman ketika Hari Raya Idul Fitri memang sangat dinantikan. Sayangnya seperti tahun lalu, Lebaran tahun ini kita diminta untuk tidak pulang kampung. Tujunnya agar penyebaran virus Corona bisa ditekan.
Meski demikian, beruntung bagi orang-orang yang masih memiliki anggota keluarga. Walapun belum bisa bertemu karena pandemi, tetapi kamu masih bisa melakukannya secara virtual. Jika kamu masih mengeluh soal itu, lalu bagaimana dengan kondisi anak yatim dan yatim piatu?
Kamu perlu simak sejenak kisah sebatang kara anak yatim yang pernah diadopsi oleh Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatnya.
Baca juga:
Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy merupakan salah salah satu ulama abad ke-13 dalam kitab Durratun Nashihin halaman 278, menjelaskan salah satu hadist riwayat Anas bin Malik yang menceritakan sosok anak yatim yang terlihat sedih di Hari Raya Idul Fitri. Kemudian, Rasulullah SAW pun melihat dan menanyakan kenapa. Cerita anak yatim tersebut membuat Rasulullah SAW merasa iba dan mengasuhnya.
Dikisahkan, waktu itu Rasulullah sedang berangkat menuju shalat ‘Id. Di perjalanan, beliau melihat banyak anak-anak sedang bermain begitu ceria. Tetapi, Rasulullah SAW terkejut ketika melihat ada seorang anak kecil seorang diri dengan pakaian kumal dan menangis.

Merasa iba, Rasulullah SAW mengahampiri anak tersebut dan bertanya, “Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis. Kenapa tidak ikut bermain bersama teman-temanmu?,” awalnya anak tersebut tidak tahu beliau adalah Rasulullah SAW.
Kemudian, anak tersebut menjawab “Wahai laki-laki di depanku, ayahku telah meninggal saat mengikuti suatu peperangan bersama Rasulullah SAW. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan membawa harta-hartaku. Lalu ayah tiriku mengusirku dari rumah.”
“Sejak itu, aku tidak lagi memiliki makanan, minuman, pakaian dan rumah. Sampai hari ini (Idul Fitri). ketika aku melihat banyak anak-anak berbahagia dengan ayah-ayah mereka, aku pun sedih dan menangis.”
Setelah mendengar penjelasan dari anak yatim tersebut, Rasulullah SAW merasa iba dan ingin mengadopsinya. “Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah SAW.
Baca juga:
Dari tawaran tersebut, seketika anak itu langsung tahu, bahwa laki-laki tersebut adalah Rasulullah. “bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah,” jawab anak itu dengan ekspresi berubah dengan kegembiraan.
Rasulullah SAW kemudian membawa anak itu ke rumahnya. Langsung dianggap seperti anak sendiri. Kemudian ia diberi pakaian yang indah, diberi makanan sampai kenyang, hingga diberi minyak wangi yang harum. Kemudian anak yatim tersebut bisa bermain bersama teman-temannya dengan penuh tawa kebahagiaan.
Kisah anak yatim ini sempat membuat teman-temannya iri “andai saja bapak kami syahid saat perang, pasti kami sudah seperti engkau.”
Sayangnya setelah Rasulullah SAW wafat, anak itu harus kembali merasakan kehilangan sosok ayah yang ia sayangi. Kemudian ia dirawat oleh Abu Bakar ra. Dari kisah anak yatim ini dan sifat Rasulullah SAW, terdapat beberapa pelajaran penting yang perlu kita contoh dan teladani.

Pertama, momen Idul Fitri seharusnya menjadi momen yang berbahagia. Tapi juga jangan sampai lupa karena terlalu larut dalam kebahagiaan, sampai melupakan nasib orang lain.
Kedua, pentingnya rasa tanggung jawab sebagai Nabi sekaligus kepala negara. bertanggung jawab atas nasib rakyatnya. Ketika melihat ada anak yatim atau yatim piatu, dengan sifat kepemimpinannya, tanpa pikir panjang, Rasulullah kemudian menawari untuk mengadopsinya. Karena merasa ini bagian dari tanggung jawabnya.
Ketiga, anjuran mengasihi anak yatim. Seperti yang dicontohkan Rasulullah di atas merupakan dorongan bagi umatnya untuk selalu menyantuni dan mengasihi anak yatim piatu. Ada banyak sekali hadits-hadits nabi yang menjelaskan anjuran dan keutamaan menyantuni anak yatim tersebut.
Jadi, di momen Idul Fitri yang penuh dengan kebahagian dan istimewa ini, akan lebih baik jika momen ini juga dapat dibagi pada orang lain. (Rzk)
Baca juga:
Peshawari Chappal, Sepatu Tradisional Pakistan Jadi Tren di Idul Fitri