SEMUA orang pastinya memiliki masa kelam. Begitupula dengan Nur Yanayirah. CEO dari Mother Hope Indonesia (MHI) ini sempat merasakan bullying saat usianya masih remaja, kehilangan anak pertamanya, tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat, hingga akhirnya mengalami depresi pasca melahirkan secara caesar. Kondisi kesehatan mental tersebut sering disebut sebagai postpatrum depresi.
Saat melahirkan anak keduanya, sosok ibu yang akrab disapa Yana ini justru mengaku lebih sering merasa sedih, cemas dan jauh lebih sensitif dari sebelumnya. Terlebih lagi berbagai macam stigma dan pandangan buruk dari kerabat terdekatnya, membuat Yana menjadi lebih tertekan.
Baca juga:
Berani Membangun Kopi Tuku dengan Tujuan Mulia ala Andanu Prasetyo
Setelah melahirkan, kerabatnya justru menyebut dirinya bukan ibu yang baik. Menurut mereka Yana tidak mau berusaha dan manja. "Perkataan ini yang membuat saya sangat down dan sakit hati," ujarnya kepada merahputih.com.
Apalagi, saat itu ASI Yana tidak keluar, sehingga ia memberikan susu formula untuk buah hatinya. "Saya semakin merasa tidak ada ikatan batin dengan anak saya sendiri," lanjut Yana.

Perasaan cemas, sedih, mudah marah dan takut tidak bisa mengurus anaknya dengan baik terus dirasakan oleh Yana. Sampai akhirnya Yana merasa sangat putus asa dan berpikiran untuk mengakhiri hidupnya bersama anak keduanya tersebut.
Saat mencoba untuk menenggelamkan dirinya bersama sang buah hati ke danau, Yana diselamatkan oleh seseorang yang tidak ia kenal pada saat itu. Hal ini menjadi salah satu alasan Yana untuk mencoba bangkit dari masa kelamnya dan mendirikan Mother Hope Indonesia untuk membantu ibu-ibu di luar sana yang merasakan depresi pasca melahirkan.
Baca juga:
Talita Setyadi, The Queen of Pastry Indonesia, Menghempas Kemustahilan
Selain untuk membantu penyintas postpatrum depresi lainnya, komunitas tersebut didirikan oleh Yana untuk menjadi wadah bagi para ibu-ibu menyampaikan keluh kesahnya yang tak bisa tersampaikan pada kerabat terdekatnya.

Sebelum mendirikan MHI, Yana melakukan konsuling dengan psikolog, dan melakukan psikoterapi selama kurang lebih dua tahun untuk mengobati postpatrum depresi. Merasa dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya, Yana mengaku sejak melakukan konseling dan psikoterapi, jadi bisa menikmati hidupnya kembali serta merawat sang buah hati.
Tak hanya itu, Yana juga mulai aktif di sosial media dan kerap membagikan cerita mengenai postpatrum depresinya di Facebook. Hal tersebut menjadi awal mula berdirinya komunitas Mother Hope Indonesia.
Walaupun sempat dinilai ‘cari perhatian’ oleh orang terdekatnya karena menceritakan kisahnya di sosial media, namun berkat kegigihan dari Nur Yanayirah, MHI bisa berkembang dengan pesat. Saat ini komunitas tersebut memiliki lebih dari 39 ribu anggota di Facebook. (bel)
Baca juga:
Berawal dari Jualan di Garasi, Jason Lamuda Sukses Bangun Berrybenka