Beragam Manfaat Permainan Tradisional untuk Anak
MerahPutih Budaya - Kemajuan teknologi yang sangat pesat memang sangat mempengaruhi gaya hidup anak. Bila dulu kita sering melihat anak-anak bermain permainan tradisional seperti congklak, gasing atau lompat tali, kini baik di kota-kota besar maupun dipedesaan anak-anak lebih memilih bermain menggunakan gadgetnya.
Padahal permainan tradisional memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak. Contohnya saja congklak, permainan yang biasa dimainkan oleh dua orang ini ternyata bisa melatih kesabaran anak dalam menunggu sesuatu.
"Didalam congklak itu kita kan harus menunggu giliran untuk bermain. Selain itu motorik anak juga terlatih saat kita mengangkat biji congklak ditiap-tiap lubang. Walaupun sekarang ada permainan congklak di gadget, tapi itu berbeda," ucap Endi Aras salah satu kolektor mainan tradisional di kediamannya, Serua, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu (11/5).
Permainan tradisional koleksi Endi Aras (Foto: MP/Muchammad Yani)
Selain itu permainan tradisional juga bisa melatih imajinasi anak-anak dalam bermain. Alasannya banyak permainan tradisional yang membutuhkan proses dalam pembuatannya.
"Permainan tradisional itu banyak proses yang harus dilalui, baru bisa bermain. Dulu anak-anak main di kebon lihat pohon pisang, mereka ambil pelepahnya lalu berpikir mau diapain, jadilah kuda-kudaan. Proses kreativitas juga dari bahan yang belum jadi apa-apa menjadi permainan," terangnya.
Dalam sebuah permainan tradisional terdapat pula interaksi sosial. Contohnya pada permainan lompat tali, permainan yang biasa dimainkan lebih dari tiga orang ini memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi. Anak-anak juga diajarkan untuk mentaati peraturan dan bergiliran dalam bemain.
Permainan tradisional bisa membantu kreativitas anak (Foto: MP/Muchammad Yani)
Menurut Endi, permainan modern yang selalu instan bisa membentuk anak dengan karakter malas, tidak teguh dan cengeng. Bukan hanya itu banyaknya kekerasan hingga pornografi dalam permainan modern seperti game online bisa merusak pola pikir anak.
"Anak sekarang cengeng dan manja. Enggak teguh, apa-apa sedikit nangis, karena enggak dilatih. Kalau dipermainan tradisionalkan kita dilatih untuk mengakui kekalahan, terus tidak boleh sombong bila menang, kita harus melalui proses demokrasi dengan suit atau gambreng," terangnya.(Yni)
BACA JUGA: