Benyamin Kecil, Bocah Nakal yang Banyak Akal

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Kamis, 01 Maret 2018
Benyamin Kecil, Bocah Nakal yang Banyak Akal
Legenda Betawi, Benyamin S. (Istimewa)

BAGI masyarakat Betawi, Benyamin S tak hanya sekadar nama. Dia adalah persona dari salah satu etnis bangsa. Dia merupakan sosok multi-talenta, yang mampu membuat masyarakat Indonesia mengenal Betawi dari segudang karyanya.

Meski memiliki masa depan yang cemerlang, sejak kecil Benyamin telah terlebih dulu merasakan pahit getirnya kehidupan. Kondisi ekonomi yang terbilang buruk, membuat Ben kecil harus memutar akal agar dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

Saat Ben berusia 4 tahun (1943), ia diajak oleh kakak-kakaknya (Moenadji, Ruslan, dan Saidi) membentuk sebuah grup musik. Alat-alat yang mereka mainkan cukup sederhana. Semuanya terbuat dari kaleng atau barang-barang bekas.

Moenadji memegang rebab yang terbuat dari kaleng bekas, bagian tengahnya ditusuk bambu dan diberi senar kawat telepon.

Kemudian, Ruslan memainkan gendang dari tong bekas minyak. Sementara Saidi, dengan instrumen kaleng biskuit. Sedangkan Ben, beraksi dengan menggunakan kaleng bekas bensin.

Pada tahun 1946, saat Ben kecil berusia 7 tahun, ia memulai pendidikan di Sekolah Dasar Perguruan Taman Siswa, Jalan Garuda No 66, Jakarta Pusat. Di sekolah tersebut, dari kelas 1 sampai kelas 3, Ben kecil diajar oleh ibu Darsih.

Wahyuni dalam buku Kompor Mleduk; Benyamin S mengatakan bahwa selama bersekolah di Taman Siswa, Ben kecil adalah murid yang sangat aktif dan juga sangat nakal. "Meski demikian, bakatnya dalam bidang seni mulai terasah di sekolahan tersebut," tulis Wahyuni dalam buku tersebut.

Di dalam buku tersebut, kenakalan Ben lainnya juga tertulis, ketika kakeknya, engkong Jiung diganggu oleh Ben ketika sedang zikir dengan bermain begendingan (gending).

Meski Ben kecil sering kali nakal dan kerap berulah, namun hampir seluruh permintaannya dituruti oleh engkong Jiung. Ben kecil tak pernah kehabisan akal ketika berlagak merengek meminta sesuatu.

Pada tahun 1950, saat berusia 11 tahun, Ben pindah sekolah ke SD Santo Yusuf, Cicadas, Bandung, Jawa Barat. Alasan dipindahkan ke Bandung adalah agar sifat nakal dan usil Ben dapat berkurang.

Namun, harapan tinggal harapan. Ben yang ketika itu tinggal bersama kakaknya, Otto Suprapto, tetaplah anak yang nakal. Arkian, selepas kelas 6 SD, pada usia 12 tahun, Ben pun kembali ke Jakarta.

Pada tahun 1952 sampai 1955, Ben remaja melanjutkan sekolah di SMP Perguruan Sosial Indonesia (Pepsi) di Cikini. Setelah lulus, ia meneruskan ke SMA Perguruan Taman Siswa Kemayoran.

Namun, di balik kenakalan masa kecilnya dulu, lelaki yang lahir di Kampung Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta, pada Ahad, 5 Maret 1939 itu mampu menggebrak dunia hiburan dengan membawa identitasnya sebagai anak Betawi.

Selama hidup, setidaknya Benyamin S telah menghasilkan 75 album musik dan 53 judul film. (*)

#Benyamin S
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan