Benarkah Test Swab Bisa Merusak Otak? Simak Penjelasan Dokter THT RSA UGM

Andika PratamaAndika Pratama - Minggu, 26 Juli 2020
Benarkah Test Swab Bisa Merusak Otak? Simak Penjelasan Dokter THT RSA UGM
Petugas medis melakukan tes swab COVID-19 terhadap seorang pengunjung di salah satu pusat perbelanjaan modern di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/6/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan/pras. (.)

MerahPutih.com - Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Anton Sony Wibowo menjelaskan soal bahaya atau tidakya test swab COVID-19.

Menurutnya, test usap aman dilakukan serta tidak membahayakan atau merusak otak. Hal ini sekaligus membantah kabar bahwa test swab COVID-19 dapat merusak otak.

Baca Juga

Update COVID-19 DKI Sabtu (25/7): 18.623 Orang Positif, 11.725 Pasien Sembuh

"Tidak benar jika swab test COVID-19 bisa merusak otak karena hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," ujarnya di Yogyakarta, Sabtu (25/7)

Sebelumnya, kabar tentang tes usap COVID-19 dapat merusak otak ramai beredar di media sosial Tanah Air. Ada netizen yang mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.

Ia menjelaskan bahwa lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat tes usap dilakukan. Selain itu, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

Pemain timnas Indonesia U-19 jalani Swab Test. Foto: PSSI
Pemain timnas Indonesia U-19 jalani Swab Test. Foto: PSSI

Anton mengatakan tes itu tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma.

Tes usap saat ini cukup ramai diperbincangkan karena menjadi salah satu metode dalam mendeteksi keberadaan virus corona jenis baru penyebab COVID-19 pada manusia.

Tes dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus corona.

Baca Juga

Hasil Tes Swab Jokowi Negatif

"Swab test sampai sekarang menjadi diagnosis utama COVID-19 karena bisa mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh," ungkapnya dilansir Antara

Selain tes usap, rapid test antibodi merupakan metode lain yang banyak digunakan untuk skrining awal COVID-19. Hanya saja, Anton menyebutkan bahwa tes cepat ini memiliki akurasi lebih rendah dibandingkan swab test karena hanya baru bisa mendeteksi antibodi dalam tubuh saja, bukan keberadaan virus corona. (*)

#COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan