Pesona Sumatera Selatan
Belajar Filosofi Kehidupan di Taman Batu Organik
ADA satu tempat di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan yang menjadi incaran para muda mudi untuk menghabiskan waktu di akhir pekan. Bernama Taman Batu Organik, destinasi tersebut memadukan unsur alam dan nilai seni.
Sekitar 80 persen batu-batu disusun sedemikian rupa tanpa perekat atau tali. Di setiap tumpukan batu ditanami berbagai tumbuhan seperti bunga atauh buah-buahan sehingga membuatnya terkesan alami.
Sebenarnya Taman Batu Organik ini milik seorang bernama Pak Damsi. Berdasarkan berbagai sumber pria yang merupakan lulusan ISI Yogjakarta itu sudah menyusun bebatuan sejak 1980-an.
Awalnya Pak Dasmi melakukan pekerjaannya sendiri dengan alat tradisional seperti cangkul, linggis dan parang. Namun kini ia sudah memiliki beberapa murid dan asisten untuk merawat taman tersebut.
Belajar filosofi kehidupan
Selain menjadi spot foto menarik, Taman Batu Organik juga mengajarkan kita tentang arti kehidupan. Batu-batu yang disusun rapi itu seakan ingin menunjukan kalau masing-masing memiliki pasangan.
Tak hanya itu saja, tak mudah menemukan batu yang berjodoh sehingga dibutuhkan ketekunan dan kesabaran. Begitu pula dalam kehidupan, jika kita melakukan sesuatu dengan sabar dan tekun maka apa yang diinginkan bisa terwujud.
Baca juga: Masjid Cheng Ho Palembang, Masjid dengan Arsitektir Tionghoa
Baca juga: Pulau Kemaro dan Legenda Cinta Putri Siti Fatimah
Baca juga: Pasar Baba Boen Tjit, Destinasi nan Instragamble di Tepi Sungai Musi
Ada aturan tak tertulis di sana. Layaknya bertamu ke rumah orang lain, kita harus melepaskan alas kaki ketika berkunjung ke Taman Batu Organik. Kamu bisa belajar lebih dalam mengenai filosofi kehidupan dengan Pak Dasmi.
Akses ke Taman Batu Organik
Terletak di Desa Bandu Agung, Kecamatan Muara Payang, Taman Batu organik bisa dicapai menggunakan kereta dari Stasiun Kertapati Palembang menuju Stasiun Lahat. Setelah itu kamu bisa melanjutkan perjalanan menuju kendaraan roda dua atau empat.
Dari Desa Bandu Agung kamu harus berjalan kaki sekitar 10 hingga 15 menit melewati jalan setapak perkebunan kopi. Sat musik hujan memang agak becek, namun bagi pelancong sejati hal itu bukanlah menjadi halangan. (yani)