Begini Perjalanan Menata Hutan Dlingo

Ana AmaliaAna Amalia - Selasa, 26 Juli 2016
Begini Perjalanan Menata Hutan Dlingo
Hutan Pinus Dlingo, Yogyakarta. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)

MerahPutih Wisata - Hutan Pinus Dlingo, Mangunan, Bantul, DI Yogyakarta, telah menjelma menjadi destinasi wisata indah di Yogyakarta. Padahal, awalnya, kawasan ini merupakan salah satu kawasan terburuk di Bantul.

Sebelum digarap menjadi lahan hutan pinus, kawasan ini tandus. Di tanah tandus tersebut hanya ada pohon-pohon yang tumbuh di lahan tandus. Bahkan, keamanannya pun buruk. Banyak kriminal di beberapa titik. Mulai dari perkosaan hingga perampokan.

Kelompok warga setempat kemudian berinisiatif menyulap lahan tandus menjadi lahan hijau. Hal ini seiring rencana pemerintah daerah untuk mereboisasi lahan Dlingo.

"Kita buat bertahap. Dimulai waktu itu tahun 2012. Bagaimana mengelola keamanan, mengelola lahan, mengelola sistem pertumbuhannya, sampai peremcanaan fasilitas," kata Ketua Koperasi Hutan Dlingo, Ipong, saat berbincang dengan merahputih.com, di Bantul, DI Yogyakarta, Senin (25/7).

Hal utama yang dikelola ialah keamanan. Para pemuda di Dlingo kemudian berinisiatif untuk melakukan pengamanan. Peningkatan keamanan ini seiring dengan adanya proyek pengembangan hutan pinus.

"Karena kelompok di sini waktu itu sepi aktivitas, terus kita buatlah kegiatan mengurus hutan. Yang pertama kita usahakan waktu itu adalah pengamanan. Jangan sampai kejadian kriminal ada lagi. Lalu dibentuklah kelompok tani, namanya Penyanggen," katanya.

Pengelolaan hutan pun dilakukan selama 2 tahun. Pepohonan telah tumbuh cukup besar. Namun belum layak dibuka untuk umum. Setelah dua tahun, tepatnya tahun 2014, dimulailah pembukaan kawasan wisata setelah semuanya tertata dengan baik.

"Selama 2 tahun itu kelompok yang mengelola di sini benar-benar sengsara. Lah, bagaimana, kan belum ada pemasukan. Ibaratnya, kita bersusah-susah dulu. Pokoknya benar-benar peras keringatlah," kenang Ipong.

Bahkan, saat pertama kali dibuka, kelompok tani itu pun berinisiatif membuat usaha bersama, yakni usaha lebah madu. Menurut Ipong, hal ini sesuai keadaan iklim dan suhu yang cocok untuk lebah madu. "Apalagi tanamanannya lebat kan. Makanya buat lebah madu bersama. Tapi, gak bertahan lama. Usaha ini gagal," kata Ipong sumringah.

Dari kegagalan itu, akhirnya seluruh kelompok fokus mengembangkan lahan hutan menjadi lahan wisata. Pengembangan fasilitas pun dilakukan. Kelompok membangun gardu pandang, panggung pertunjukan yang menyatu dengan alam, kamar mandi umum, mushola dan warung-warung sederhana, serta lahan parkir yang memadai. Sejak itulah, wisatawan mulai berdatangan.

Satu per satu mulai memperbincangkan Hutan Pinus Dlingo. Hingga kini, kelompok tani dan kelompok pengembangan wisata hutan wisata ini menuai hasilnya. Buktinya, selama libur Lebaran 2016, ribuan kendaraan memadati objek wisata yang baru berdiri 2 tahun ini. (Fre)

BACA JUGA:

  1. Eksotisme Wisata Bahari di Pantai Rancabuaya
  2. Situ Ciburuy Wisata Legendaris Jawa Barat
  3. Menikmati Wisata Museum Kereta Api Ambarawa
  4. Wisata Taman Surga Bawah Laut Pulau Bobale Maluku
  5. 5 Destinasi Wisata Penangkaran Satwa Liar
#Wisata Yogyakarta #Hutan Dlingo
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me
Bagikan