FILM Before, Now, and Then (Nana) berhasil menyabet lima Piala Citra pada gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Digarap oleh sutradara Kamila Andini, film Nana meraih piala di kategori bergengsi dalam FFI, yaitu Film Cerita Panjang Terbaik.
"Piala ini kami persembahkan untuk Nana, perempuan pemberani yang menempuh jalan sulit untuk merdeka, merdeka jadi diri sendiri," kata Produser film Nana Gita Fara, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com. "Kemenangan ini untuk para leluhur kami di Tanah Sunda," tambah Kamila Andini pada sesi penyampaian pesan setelah menerima Piala Citra pada malam FFI 2022.
Selain memenangkan kategori Film Cerita Panjang Terbaik, film ini juga memenangi empat Piala Citra dari empat kategori lainnya, yaitu Pengarah Sinematografi Terbaik diraih Batara Goempar I.C.S. , Pengarah Artistik Terbaik oleh Vida Sylvia, Penyunting Gambar Terbaik oleh Akhmad Fesdi Anggoro, dan terakhir Penata Musik Terbaik diraih Ricky Lionardi.
Baca juga:
Inilah Pemenang 22 Kategori Piala Citra Festival Film Indonesia 2022

Sebelum diganjar lima Piala Citra, film Nana sudah lebih dulu menjelajah dan meraih penghargaan beberapa festival film internasional. Sebut saja Berlin International Film Festival dan Asia Pacific Screen Awards.
Pada partisipasinya di gelaran Berlin International Film Festival, film Nana memenangi penghargaan Silver Bear for Best Supporting Performance yang diraih oleh Laura Basuki dalam perannya sebagai Ino. Kemudian pada penganugerahan Asia Pacific Screen Awards, film ini meraih penghargaan Best Film.
Untuk Indonesia dan Asia Tenggara, film Nana bisa ditonton di Prime Video. Distribusi film ini juga menjelajah ke beberapa negara, seperti Taiwan dan Hongkong. Film ini juga akan tayang di bioskop Korea Selatan pada 15 Desember 2022 dan Prancis pada 24 Desember 2022. Masih ada daftar negara yang akan menyambut kedatangan Nana, seperti Swiss, Spanyol, Yunani, Italia, Swedia, Yugoslavia, Republik Ceko, Polandia, Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara Timur Tengah.
Baca juga:
Film berlatar waktu di akhir 1960-an ini, membawa Kamila Andini ke eksplorasi baru dalam perjalanan kariernya sebagai sutradara. Ia menggarap film periodik yang juga terinspirasi dari kisah nyata.
“Film periodik Indonesia selalu terkait dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting, sedangkan ketika saya mengerjakan ini saya ingin menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti nenek kita, kakak kita atau ibu kita, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya," kata Kamila.
"Kebetulan saja ia hidup di masa itu. Tapi kita juga bisa berefleksi dengan masa itu dan masih bisa terhubung dengan masa kini. Saya ingin membuat jembatan dari masa lalu ke masa sekarang," tutupnya. (and)
Baca juga: