DESAINER Indonesia mulai memanfaatkan kehadiran teknologi untuk memperluas karyanya. Perancang busana dan desainer Indonesia Era Soekamto berani membuat perubahan dengan membawa batik Indonesia ke mata dunia dalam bentuk digital.
Melalui sebuah pameran bertajuk Adi Manungsa, Era bekerja dengan pihak Purpose Non Fungible Token (NFT) Okki Soebagjo untuk menghasilkan lukisan corak batik yang bisa dijual dengan sistem NFT. Karya kolaborasi Era dan Okki ini akan menjadi karya batik digital pertama di dunia NFT.
Baca Juga:
Uniknya Desainer Khanaan Mengusung Batik Tanpa Motif Batik di IFW 2022
Era dan Okki sempat berdiskusi agar batik Indonesia bisa semakin dikenal dan pameran ini dapat memberikan dampak yang lebih luas. Akhirnya, cara yang dipilih adalah dengan memanfaatkan teknologi. "Kita berdiskusi just in the last three weeks, saya squeeze in the team untuk develop 111 ribu batik," jelas Okki dalam jumpa pers virtual, Jumat (22/7).

Tujuan utama dari pembuatan batik NFT ini adalah untuk memperkenalkan budaya khas Indonesia ke mata dunia dengan memanfaatkan teknologi terkini. Sesuai pula dengan hakikat yang dipercaya oleh Era, bahwa manusia harus mampu memanfaatkan teknologi untuk membantu hidupnya.
Cara ini tak hanya membawa keindahan kain khas Indonesia ke mata dunia, tetapi juga menggalang sejumlah dana untuk membantu anak-anak Indonesia. Era dan Okki menargetkan seluruh batik NFT ini dapat terjual dan memperoleh keuntungan USD 6 juta atau setara Rp 89,9 miliar. "50 persen dari pendapatan ini nantinya akan didonasikan pada SOS Children’s Village Indonesia, sebuah perusahaan nonpemerintah (NGO) yang telah membantu ribuan anak," ujar Era.
Baca Juga:
Uniknya Selebrasi 11 Tahun Berkarya Ayu Diah Andari di IFW 2022
Era dan Okki percaya bahwa anak-anak memegang peranan penting dalam menata kehidupan bangsa dan negara di masa depan.
Saat ini, proses pembuatan batik NFT telah selesai sekitar 60 hingga 70 persen. Lama proses pengerjaannya akan berkisar dalam waktu satu bulan. Jika telah rampung seluruhnya, batik NFT akan dijual di laman purpose.art, sebuah situs khusus menjual karya digital NFT.
Okki juga menjelaskan bahwa mereka akan bekerja sama dengan berbagai marketplace agar masyarakat yang masih awam dalam dunia NFT dan kripto tetap berkontribusi terhadap kelestarian batik serta membantu anak-anak Indonesia.

Harga batik NFT yang dijual beragam, tergantung pada jumlah dan kelangkaannya. Harganya dimulai USD 10- USD 15 untuk 100 ribu NFT, USD 100- USD 150 untuk 10 ribu NFT, USD 1.000 untuk 1.000 NFT, USD 10 ribu untuk 100 NFT, USD 100 ribu untuk 10 NFT.
Batik termahal yang dijual ialah Trimanunggal Trimatra senilai USD 1 juta karena hanya ada satu di dunia. Desainnya memiliki unsur utama sejarah dan budaya Indonesia. "Ini adalah benang merah dari seluruh kehidupan manusia saat ini. Hal ini sesuai dengan konsep Adi Manungsa yang diusung oleh Era Soekamto," kata Era.
Konsep ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk multidimensi yang berakar dari leluhur dan sejarah. Hal itu yang membuat setiap individu unik serta mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan di sekitarnya. (mcl)
Baca Juga: