Bantuan Internasional Berdatangan dalam Penanganan Gangguan Ginjal Akut

Zulfikar SyZulfikar Sy - Jumat, 28 Oktober 2022
Bantuan Internasional Berdatangan dalam Penanganan Gangguan Ginjal Akut
Kementerian Kesehatan. (Foto: MP/Dicke Prasetia)

MerahPutih.com - Kabar baik datang dari penanganan kasus gangguan ginjal akut yang belakangan menyerang anak-anak.

Pemerintah kini kedatangan sejumlah bantuan dari luar negeri untuk penanganan penyakit itu.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, Kemenkes telah mendatangkan 30 vial (botol kecil) Antidotum Fomepizole dari Singapura yang akan datang secara bertahap.

Sebanyak 20 vial sudah tiba di Indonesia dan telah digunakan untuk pengobatan di RSCM.

Baca Juga:

Polri Kumpulkan Bukti Dugaan Tindak Pidana Terkait Kasus Gangguan Ginjal Akut Anak

"Hasilnya, kondisi pasien mengalami perbaikan," kata Syahril dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (28/10).

Selanjutnya, 10 vial lagi yang dijadwalkan segera tiba. Nantinya akan didistribusikan ke RS rujukan pemerintah yang merawat pasien gangguan ginjal akut.

Selain Singapura, Kemenkes juga mendatangkan 16 vial Antidotum Fomepizole dari Australia.

"Kami telah didistribusikan ke sejumlah rumah sakit diantaranya RS M Djamil Padang, RS Soetomo Surabaya, RS Adam Malik medan, dan RS Zainul Abidin Aceh," ucap Syahril.

Tak hanya itu, sebagai hasil diplomasi bilateral dengan Kanada saat Pertemuan Menteri Kesehatan Negara G20, Indonesia juga mendapatkan donasi dari Takeda berupa 200 vial Antidotum Fomepizole.

"Diprediksi akan tiba pekan depan," ungkap Syahril.

Setibanya di Indonesia, obat injeksi ini akan langsung didistribusikan ke seluruh RS pemerintah dan diberikan gratis kepada seluruh pasien.

"Obat Fomepizole sepenuhnya diberikan secara gratis kepada pasien sebagai bagian dari terapi/pengobatan," tegas Syahril.

Baca Juga:

Pemerintah Diminta Beri Santunan pada Keluarga Korban Meninggal Kasus Ginjal Akut

Ia menambahkan, kecenderungan tidak ada penambahan kasus tak lepas dampak dari kebijakan penghentian sementara penggunaan obat sirup pada anak.

Meski terkendali, pemerintah terus memantau perkembangan kasus gangguan ginjal terutama di lima provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yakni DKI Jakarta, Aceh, Bali, Banten, dan Jawa Barat.

"Kebijakan antisipatif masih dan terus dilaksanakan Kemenkes untuk menekan angka kesakitan dan angka kematian akibat gangguan ginjal," sebut Syahril.

Selain itu, upaya antisipatif dari pemerintah, pihaknya menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak perlu panik berlebihan.

Hal yang terpenting, masyarakat dapat berpartisipasi penuh untuk mengantisipasi gangguan ginjal pada anak dengan selalu waspada dan untuk sementara waktu tidak memberikan obat dalam bentuk sirop kepada anak.

Diharapkan semua pihak untuk dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk menyelamatkan nyawa anak Indonesia sebagai prioritas utama.

"Tujuan kita adalah demi kesehatan masa depan anak anak kita," tutup Syahril.

Sekadar informasi, jumlah kasus gagal ginjal akut progresif atipikal mencapai 269 kasus per tanggal 26 Oktober 2022.

Terdapat peningkatan dari total 245 kasus yang dilaporkan Kemenkes pada Minggu (23/10) lalu .

Sementara itu, angka kematiannya juga meningkat, yakni mencapai 157 anak. Sebelumnya, dilaporkan mencapai 143 anak. (Knu)

Baca Juga:

Harus Ada Pihak Bertanggung Jawab Atas Kasus Gangguan Ginjal pada Anak

#Ginjal #Gagal Ginjal #Kemenkes
Bagikan
Bagikan