MerahPutih.com - Bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang kian melonjak.
Dunia memperingatkan kondisi saling naikkan suku bunga menuju berbagai negara pada ancaman resesi global pada 2023.
Baca Juga:
Mampu Hadapi Badai Resesi, Indonesia Lebih Baik dari Malaysia dan Singapura
Saat ini, para investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4,0 persen hingga 2023.
Kondisi ini adalah peningkatan lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata 2021. Bahkan, jika disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023.
Wakil presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi yang Berkeadilan Ayhan Kose mencatat, karena kenaikan suku bunga sangat sinkron di seluruh negara, mereka bisa "saling memperparah dalam memperketat kondisi keuangan dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.
Ia mengegaskan, para pembuat kebijakan di negara-negara emerging markets dan berkembang harus siap untuk mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global.
"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di negara-negara emerging markets dan berkembang," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
Semetara itu, Bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuan negara itu 550 basis poin menjadi 75 persen pada Kamis (15/9), sehari setelah inflasi melampaui perkiraan mendekati 80 persen pada basis tahunan.
Kenaikan tersebut mengikuti kenaikan 950 basis poin pada Agustus untuk suku bunga acuan Leliq 28 hari, karena pemerintah mencoba untuk menurunkan harga-harga yang melonjak yang merugikan tabungan dan gaji Argentina serta merusak popularitas pemerintah Peronis. (*)
Baca Juga:
Perusahaan Startup Terimbas Resesi Global