Bangunan Ambruk Ponpes Al-Khoziny Jadi Alarm Perbaikan Sistem Konstruksi Nasional


Foto udara tim gabungan melakukan pembongkaran material untuk memudahkan pencarian korban bangunan mushalla ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, S
MERAHPUTIH.COM - ANGGOTA Komisi V DPR RI Sudjatmiko menilai ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menewaskan 52 santri, bukan sekadar peristiwa duka, melainkan tragedi kemanusiaan yang mengungkap kelemahan budaya keselamatan konstruksi di Indonesia.
?
“Bangunan pendidikan merupakan ruang kehidupan. Kalau ia runtuh karena salah perhitungan, itu bukan sekadar kecelakaan teknis, melainkan tragedi kemanusiaan,” ujar Sudjatmiko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (6/10).
?
Menurutnya, ambruknya musala Ponpes Al Khoziny menjadi pelajaran penting agar tata kelola pembangunan di Indonesia segera diperbaiki. Ia menegaskan, tidak boleh lagi ada nyawa santri yang melayang akibat kesalahan struktur bangunan atau lemahnya perencanaan teknis. “Selama pembangunan masih dianggap cukup dengan niat baik tanpa disiplin teknis, risiko tragedi seperti ini akan terus berulang,” tutur dia.
?
Sudjatmiko memaparkan kegagalan konstruksi umumnya terjadi akibat lemahnya perencanaan struktur, penggunaan material berkualitas rendah, dan minimnya pengawasan teknis di lapangan. Kondisi itu, lanjut dia, sering ditemukan pada bangunan lembaga pendidikan berbasis masyarakat, termasuk pesantren, yang dibangun secara swadaya tanpa melibatkan ahli teknik sipil.
?
Baca juga:
Kemenag Tetapkan Standar Bangunan Pesantren Pasca Tragedi Al Khoziny, Prioritaskan Keamanan Santri
Ia menegaskan, setiap bangunan yang gagal harus dianggap sebagai 'alarm keras' bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengevaluasi secara menyeluruh sistem pembangunan. “Setiap kesalahan struktur adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam sistem kita, baik dari sisi regulasi, pengawasan, maupun kesadaran masyarakat,” tegasnya.
?
Sudjatmiko juga mengajak pemerintah pusat, daerah, asosiasi profesi, dan lembaga pendidikan untuk menjadikan tragedi Al Khoziny sebagai momentum perubahan menuju budaya konstruksi yang aman. “Jangan biarkan kejadian ini hanya jadi berita sesaat. Kita harus memastikan bahwa dari peristiwa ini lahir perubahan nyata,” ujarnya.
?
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menambahkan, kualitas bangunan pesantren seharusnya mencerminkan keseriusan bangsa dalam melindungi generasi muda.
“Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, melainkan juga tempat tumbuhnya masa depan bangsa. Oleh karena itu, keselamatan mereka merupakan tanggung jawab kita semua,” tutup Sudjatmiko.(Pon)
Baca juga:
Tragedi Ponpes Al Khoziny Jadi Bencana Paling Parah di 2025, Banyak Menelan Korban Jiwa
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Polda Jatim Proses Hukum Tragedi Ponpes Al Khoziny Setelah Identifikasi Korban Tuntas

Dorong Penataan Pembangunan Pesantren, Pemerintah Jangkau Pihak Swasta

Polisi sudah Bergerak Selidik Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny

Ponpes Al Khoziny Runtuh Diduga Dipakai Sebelum Serah Terima, Bahaya Konstruksi Belum Laik Fungsi

Cak Imin Sebut Keterbatasan Anggaran Jadi Penyebab Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny

Pemerintah Bikin Satgas Baru lagi, Tugasnya Tangani dan Audit Bangunan Pesantren yang Rentan Ambruk

Kementerian PU Ungkap Hanya 51 dari 42 Ribu Pesantren di Indonesia yang Miliki Izin Bangunan

Prioritaskan Keselamatan Santri, Pemerintah Bongkar Total dan Bangun Ulang Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

Basarnas: 171 Korban Dievakuasi dari Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny, 104 Selamat, 67 Meninggal Dunia

Respons Arahan Presiden, Cak Imin dan Menag Siapkan Pembenahan Pesantren
