Bahaya Shopaholic dan Cara Atasinya

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 23 Mei 2023
Bahaya Shopaholic dan Cara Atasinya
Kecanduan belanja atau shopaholic diakui sebagai gangguan mental dan hingga kini penderitanya semakin meningkat. (freepik/lifeforstock)

PERILAKU kecanduan belanja ini umum terjadi. Jika dibiarkan, shopaholic bisa menimbulkan beragam masalah dalam kehidupan penderitanya, baik secara ekonomi maupun sosial.

Kecanduan belanja atau shopaholic, dilansir dari laman Healthline, termasuk salah satu jenis gangguan kontrol impuls dalam membeli sesuatu. Kondisi ini dianggap sebagai gangguan mental dan hingga kini penderitanya semakin meningkat sering dengan perkembangan belanja online. Banyak orang yang belum mengetahui tanda dan cara mengatasi shopaholic.

Berbelanja menjadi cara utama untuk mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan bagi penderita shopaholic. Walaupun pada akhirnya mereka tahu bahwa kesenangan yang didapat hanya bersifat sementara.

Baca Juga:

Ciri-ciri Orang Kreatif, Kamu Termasuk?

belanja
Ciri utamanya yaitu kesulitan dan tidak mampu mengontrol hasrat untuk membeli barang secara berlebihan. (freepik/pressfoto)

Kenali tanda-tandanya


Gangguan mental shopaholic sering kali dialami bersamaan dengan gangguan mental lain. Seperti gangguan kecemasan, depresi, obsesif-kompulsif (OCD) atau binge eating disorder. Biasanya shopaholic mulai terlihat di akhir masa remaja dan awal masa dewasa (di bawah usia 30 tahun).

Mereka yang kesulitan dan tidak mampu mengontrol hasrat untuk membeli barang secara berlebihan adalah ciri utama seorang shopaholic. Namun ada tanda atau karakteristik lainnya yaitu:

Rendahnya self-esteem


Si shopaholic ini biasanya memiliki self-esteem yang rendah, sehingga dia sering melihat dirinya kekurangan sesuatu. Oleh karena itu, penderita shopaholic biasanya berbelanja dengan tujuan untuk merasa lengkap dan meningkatkan harga diri mereka.

Gembira yang berlebihan pasca belanja


Kecanduan berbelanja ini membuat mereka sering kali menggunakan belanja sebagai cara untuk meredam emosi yang tidak menyenangkan dan mengisi kekosongan emosional. Suasana hati yang buruk yang diakibatkan oleh pertengkaran, stres, atau frustrasi memicu keinginan mereka untuk belanja.

Ketika melihat barang yang disuka dan membelinya, seorang shopaholic bisa merasa bahagia dan puas, kemudian melupakan masalah-masalahnya. Perasaan bahagia ini membuatnya ketagihan sehingga terus berulang, terutama jika ada pemicu.

Penyesalan setelah berbelanja


Walaupun ada perasaan sangat senang setelah belanja, tidak lama kemudian seorang shopaholic biasanya akan merasa kecewa dan menyesali perbuatannya. Di sisi lain, ketika tidak bisa belanja, dia cenderung akan marah, frustrasi, kesal, tidak bisa menikmati hidup, bahkan jatuh ke dalam depresi.

Jadi, meski menyadari bahwa perilaku belanjanya yang berlebihan dan bahkan merugikan adalah suatu masalah yang harus dihentikan, seorang shopaholic akan tetap melakukannya di kemudian hari.

Belanja diam-diam


Perkembangan belanja online yang semakin pesat bisa mendukung dan mempermudah shopaholic untuk menyembunyikan pembeliannya. Hal ini biasanya dilakukan karena dia merasa bersalah atas perilakunya tersebut. Seorang shopaholic juga cenderung lebih memilih untuk belanja sendiri daripada membuat dirinya malu dengan belanja bersama orang lain.

Pengelolaan keuangan


Sama halnya dengan kecanduan lain, masalah keuangan juga akan muncul akibat belanja yang tidak terkontrol. Seorang shopaholic merasa dirinya tidak bisa menghentikan pengeluaran dan akan tetap akan menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja, bahkan terjebak utang.

Bermasalah dengan orang lain


Orang-orang di sekitar shopaholic biasanya merasakan kejanggalan pada perilakunya, misalnya terlalu sering membeli barang-barang yang tidak penting, memaksakan membeli barang yang di luar kemampuannya, atau sering meminjam uang untuk berbelanja.

Meski tidak bermaksud untuk menipu atau merugikan orang di sekitarnya, shopaholic bisa saja dikucilkan akibat perilakunya. Orang-orang terdekatnya pun akan merasa lelah karena teguran atau bahkan pertengkaran tidak dapat menghentikan kebiasaan buruknya.

Baca Juga:

Begini Kepribadian Seorang Ekstrovert

belanja
Salah satu atasinya dengan menghindari penggunaan kartu kredit dan simpanlah uang tunai hanya dalam jumlah kecil. (freepik/freepik)

Cara mengatasi

Mengatasi kecanduan belanja seorang shopaholic memang tidak dapat instan. Penanganannya biasanya harus dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan sumber masalahnya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meredakan kecanduan belanja:

1. Sadari dan akui bahwa perilaku ini dapat merugikanmu dan harus segera dihentikan.

2. Bicarakan masalah kamu dan apa saja pemicunya kepada orang-orang terdekat yang bisa dipercaya.

3. Mintalah bantuan keluarga untuk mengambil alih kendali atas pengeluaran dana.

4.Temukan cara alternatif untuk mengalihkan waktu senggang yang biasanya digunakan untuk belanja, misalnya dengan menonton film atau membaca.

5. Lakukan relaksasi ketika terdapat pemicu yang membuatmu merasa frustrasi karena sangat ingin membeli atau tidak bisa membeli sesuatu.

6. Hindari penggunaan kartu kredit dan simpanlah uang tunai hanya dalam jumlah kecil agar tidak bisa membeli secara impulsif.

7. Belanjalah hanya dengan teman atau anggota keluarga yang pandai berhemat dan mengontrol pengeluaran.

Mungkin tidak menyadari bahwa perilaku keluargamu atau bahkan kamu sendiri termasuk shopaholic. Oleh karena itu, pahami tanda-tandanya. Hati-hati jika tidak segera diatasi, shopaholic bisa menimbulkan masalah finansial yang besar. (dgs)

Baca Juga:

Tak Selalu Baik, ini Kebiasaan Buruk High Achievers

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan