TEKANAN darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat merusak anggota tubuh lainnya. Dokter Spesialis Saraf, dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K), mengungkapkan hipertensi secara perlahan tapi pasti akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). "Itu dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD)," ucap dokter Amanda.
Pernyataan tersebut dipertegas oleh Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, Presiden Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI). Dirinya mengatakan hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. "Hipertensi tidak bergejala (silent killer) dan merusak organ-organ penting antara lain otak, jantung, ginjal, pembuluh darah besar sampai ke pembuluh darah kecil," ujar dokter Tunggul.
Baca juga:
Bantu Perangi COVID-19, Fitbit akan Produksi Ventilator untuk Pasien
Hipertensi juga merupakan penyerta (komorbiditas) berbahaya bagi pasien terinfeksi virus COVID-19. American Heart Association (AHA) mencatat orang dengan tekanan darah tinggi akan menghadapi risiko komplikasi lebih parah jika mereka terinfeksi virus COVID-19.
Laporan-laporan yang ada menyebutkan bahsekitar 35% pasien COVID-19 merupakan pengidap hipertensi, diabetes, maupun penyakit kardiovaskular lainnya. Data temuan pasien COVID-19 yang meninggal di Indonesia pun menunjukkan mereka paling banyak mengidap penyakit hipertensi dengan komorbiditas penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes hingga stroke.
Selain itu, dilaporkan juga pengidap penyakit-penyakit tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih berat bila terinfeksi COVID-19. Selain komplikasi saluran pernafasan, infeksi COVID-19 pada penderita hipertensi juga menyebabkan berbagai komplikasi langsung di jantung, otak dan ginjal seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal akut.
Selain itu umum juga terjadi sindrom pengentalan dan penyumbatan pembuluh darah, infeksi bakteri dan/atau jamur lain, kerusakan otot dan saraf tepi serta proses autoimun yang tentunya memperburuk prognosis.
Sayangnya, sampai saat ini kepedulian terhadap hipertensi dan kesadaran akan pencegahan sekaligus pengobatannya di Indonesia masih rendah. Sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Baca juga:
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 mencatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1% penduduk di Indonesia menderita hipertensi. Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4% dari yang terdiagnosis hipertensi rutin minum obat.
Tunggul mengatakan diagnosis hipertensi sangat ditentukan oleh Man (dokter dan pasien), Material (alat ukur), dan Method (3M) (persiapannya). "Pemeriksaan Tekanan Darah di Rumah (PTDR) berperan cukup penting untuk deteksi, diagnosis dan evaluasi terapi yang efektif serta bermanfaat memberikan gambaran variabilitas tekanan darah," jelasnya.
"Kami mengharapkan agar orang yang sudah mengetahui bahwa ia memiliki penyakit hipertensi, untuk tetap mengikuti anjuran terapi terhadap penyakitnya sesuai arahan dokter. Pemantauan secara ketat pada terapi yang diberikan dilakukan agar mencegah perburukan kondisi jika terinfeksi dengan virus ini," urainya.
Lanjut Tunggul, seseorang yang mengidap penyakit Hipertensi, maka akan lebih baik tetap mengonsumsi obat dan melakukan tindakan preventif seperti tetap melakukan social distancing, rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan saran lainnya untuk mencegah tertularnya virus COVID-19
"Terkait dengan pasien-pasien hipertensi yang terinfeksi virus corona, akhir-akhir ini terdapat isu bahwa ada obat anti hipertensi golongan tertentu yang dianggap dapat memperburuk keadaan tapi hal tersebut tidak mempunyai bukti-bukti yang cukup sehingga tetap harus diberikan,” tegas dokter Tunggu. (avia)
Baca juga:
Pandemi Virus Corona Munculkan Kehidupan New Normal, Apa Itu?